KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ANALISIS KUALITATIF KATION”
Laporan ini berisikan tentang informasi Analisis Kualitatif Kation atau yang lebih khususnya membahas Membahas tentang keberadaan tertentu dalam sampel, faktor-faktor yang mempengaruhi kation, serta identifikasi dan contoh nya.
Diharapkan Laporan ini dapat memberikan informasi tentang analisis kualitatif kation. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bandung,
07Mei 2012
Penyusun
PENDAHULUAN.
REAKSI-REAKSI KATION
KLASIFIKASI KATION (ION LOGAM)
KE DALAM GOLONGAN-GOLONGAN ANALITIS.
Untuk tujuan analisis kualitatif
kation sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam golongan berdasarkan
sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang
disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Analisis kualitatif sistematik dengan cara pemisahan
akan dibahas dengan intensif dalam Bab V, tetapi reaksi-reaksi kation akan
dibahas di sini, menurut urutan yang ditetapkan oleh sistem golongan ini.
Selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini
juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi, karena ion-ion dengan sifat
yang analog, dibahas bersama-sama dalam satu golongan.
Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang
paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan
karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri
khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut: Golongan 1 Kation golongan ini membentuk endapan
dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium(I)
(raksa), dan perak.
Golongan
II Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida,
tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. ion-ion golongan ini adalah merkurium(II),
tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V),
timah(II), dan timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan
sub-golongan II.a dan keenam yang terakhir sub-golongan II.b. Sementara sulfida
dari kation dalam Golongan II.a tak dapat larut dalam amonium polisulfida,
sulfida dari kation dalam Golongan II.b justru dapat larut.
Golongan
III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation
ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II),
besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
Golongan
IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan
I, II, III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam, kation-kation
golongan ini adalah: kalsium, strontium, dan barium.
Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian
amonium klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan; dalam
hal ini, magnesium harus juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena
dalam pengerjaan analisis yang sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak
sekali ketika kation-kation golongan keempat hendak diendapkan, adalah lebih
logis untuk tidak memasukkan magnesium ke dalam Golongan IV.
Golongan
V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi
dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya ,merupakan golongan kation yang
terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalinum, amoium,
lilitium dan hidrogen.
Sistem golongan kation ini dapat diperluas sehingga meliputi
juga ion-ion yang kurang begitu umum. Klasifikasi ion-ion ini , berikut
reaksi-reaksinya , akan diberikan dalam Bab VII.
HAL-HAL
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMPELAJARI REAKSI-REAKSI ION.
Ketika mempelajari reaksi-reaksi ion, pakailah teknik
eksperimen yang diuraikan dalam Bab II. Reaksi dapat dipelajari baik dalam
skala makro maupun semimikro, dan bagian terbesar dari reaksi-reaksi dapat pula
dipakai sebagai uji bercak. Petunjuk-petunjuk tentang cara membuat reagensia
diberikan dalam Lampiran dari buku ini .
Reagensia disusun disana dalam urutan menurut abjad, dengan catatan tentang
stabilitasinya. Kebanyakan reagensia sedikit banyak bersifat beracun, maka
menggunakannya haruslah dengan hati-hati. Reangensa sangat beracun atau berbahaya
sekali, harus diberi label khusus dan harus dipakai dengan luar biasa
hati-hati. Dalam daftar reaksi, reagensia ini akan diberi tanda(RACUN)
atau (BAHAYA). Kita tak boleh memakai reagensia ini bila sedang bekerja
sendirian dalam laboratium; asisten atau seorang rekan kerja harus selalu
diberi tahu sebelum kita memakai zat-zat tersebut.Konsentrasi reagensia
kebanyakan dipilih sebagai molar, yang berarti bahwa kita akan mudah menghitung
volume relatif dari pereaksi dan reagensia yang dh iperlukan untuk menyelesaikan
reaksi. Sebaiknya janganlah menambahkan jumlah reagensia sebanyak yang di
hitung sekaligus kepada larutan, tetapi jumlah akhirnya harus sama atau lebih dari yang ekuivalen. Dalam
beberapa hal , kita tak mungkin atau kurang praktis untuk membuat reagensia 1M.
Maka kadang-kadang kita harus pakai reagensia 0,5M atau bahkan 0,1M. Adalah
mudah untuk memperkirakan volume suatu reagensia tertentu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu reaksi dari konsentrasinya. Asam basa kebanyakan dipakai
dengan konsentrasi 2M, untuk mencegah pengenceran campuran yang tak perlu.
Setiap mahasiswa mutlak perlu
membuat catatan-catatan sewaktu mempelajari reaksi-reaksi ini. Cara mencatat
yang logis dan jelas sangat penting sekali. Meskipun salah kalau kita salin begitu
saja teks buku ini, tetapi penting untuk kita catat (a) reagensia, dan setiap
keadaan sekitar eksperimen yang khusus yang dipakai ketika melakukan uji, (b)
perubahan-perubahan yang diamati dan (c) persamaan reaksi atau penjelasan lain
tentang apa yang telah terjadi. Cara membuat catatan yang bermanfaat adalah
sebagai berikut. Halaman kiri buku catatan yang terbuka, dibagi menjadi dua
dengan sebuah garis vertikal. Kolom kiri dapat diberi judul 'UJI' dan harus
memuat uraian singkat dari uji itu sendiri, termasuk reagensia dan keadaan
sekitar eksperimen. Kolom kedua (masih pada halaman sebelah kiri), di beri
judul 'PENGAMATAN' harus diisi ketika benar-benar sedang membuat
perubahan-perubahan yang nampak, yang timbul sewaktu melakukan uji itu.
Akhirnya seluruh halaman kanan harus disediakan untuk 'PENJELASAN' dimana
persamaan reaksi dapat dituliskan. Suatu halaman buku-catatan yang khas, yang
berisi beberapa reaksi ion timbel(II). Juga sebaiknya reaksi-reaksi dari satu
golongan disusun dalam bentuk tabel.
Kolom 'UJI' harus disiapkan sebelum
melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dengan menulis ini, mahasiswa menjadi
mampu untuk merancang eksperimen-eksperimennya, dan memanfaatkan dengan
sebaik-baiknya waktu yang tersedia dalam laboratorium. Kolom 'PENGAMATAN' harus
diisi ketika benar-benar sedang membuat eksperimen, sedangkan halaman
'PENJELASAN' baru disusun setelah meninggalkan laboratium. Akhirnya, tabel
reaksi harus disusun bila reaksi-reaksi dari golongan bersangkutan telah
dipelajari dan diterangkan. Cara belajar yang sistematik ini, memungkinkan
siswa untuk memanfaatkan waktu laboratium yang berharga semata-mata untuk
eksperimen, dan dengan menangani satu reaksi tertentu empat kali seluruhnya, ia
sungguh-sungguh terbaru untuk mempelajari subjek itu pula.
BAB I
GOLONGAN
KATION PERTAMA : PERAK, MERKURIUM, TIMBEL.
Pereaksi
golongan : HCl encer, NH4OH, KI, K2CrO4, NaOH.
Reaksi
golongan : AgNO3, Pb(NO3)2, Hg2(NO3)2
Kation
golongan pertama, membentuk
klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida sedikit larut
dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang tersisa
itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
bersama-sama kation golongan kedua.
Nitrat
dari kation-kation ini sangat mudah larut. Di antara sulfat-sulfat, timbel
sulfat praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium(I) sulfat terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida
juga tidak larut, sedangkan pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan
endapan itu muncul sekali melarut dalam air panas. Sulfida tidak larut.
Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari
larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan
reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan,ia dapat
bertindak dengan macam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini
terhadap amonia.
1.
PERAK
(Ag+)
Perak
adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10.5g ml-1)
dan ia melebur pada 960.5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam
sulfat encer (1M) atau sam nitrat encer
(2M).
Perak
membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-senyawa perak(II)
tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses
oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam
air; perak asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua
senyawa-senyawa perak lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks
perak, larut. Halida-halida perak peka terhadap cahaya; ciri-ciri khas ini
dipakai secara luas dalam bidang fotografi.
Reaksi-reaksi
dari ion perak(I):
1.
Asam
klorida encer atau klorida-klorida yang larut: endapan putih perak klorida
Ag+
+ Cl- → AgCl
2.
Hidrogen
sulfida atau gas atau larutan air jenuh dalam suasana netral atau asam: endapan
perak sulfida
2Ag+ + H2S
→ Ag2S + 2H+
3.
Larutan amonia : endapan coklat perak oksida
2Ag+ + 2NH3 + H2O→ Ag2O
+ 2NH4+
4.
Natrium hidroksida endapan coklat perak oksida:
2Ag+ + 2OH- → Ag2O + H2O
5.
Kalium
iodida: endapan kuning perak iodida
Ag+ + I- → AgI
6.
Kalium kromat dalam larutan
netral: endapan merah perak kromat
2Ag+ + CrO42-
→ Ag2CrO4
2.
MERKURIUM
(Hg22+)
Merkurium adalah
logam
cair ysng putih keperakan padasuhu biasa, dan mempunyai rapatan 13.534g ml-1
pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat
encer (2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang dingin
dan sedang pekatnya (8M).
Kedua ion, merkurium(I)
dan merkurium(II), bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia yang
dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya masuk dalam dua golongan
analitik yang berlainan. Ion merkurium(I) masuk dalam golongan kation pertama,
maka reaksi-reaksinya akan dibahas di sini. Di lain pihak, ion-ion
merkurium(II) berada dalam golongan kation kedua; maka reaksi-reaksinya akan di
bahas kelak, bersama-sama dengan anggota-anggota lain dari golongan itu.
Reaksi ion merkurium(I):
1.
Asam klorida
encer atau klorida-klorida yang larut: endapan putih merkurium(I) klorida (kalomel)
Hg22+
+ 2Cl- → Hg2Cl2
2.
Hidrogen sulfida dalam suasana netral
atau asam encer: endapan hitam yang merupakan campuran
dari merkurium(II) sulfida dan logam merkurium
Hg22+
+ H2S → Hg + HgS + 2H+
3.
Kalium kromat dalam larutan panas:
endapan kristalin merah merkurium(I) kromat
Hg22+
+ CrO42- → Hg2CrO4
4.
Kalium Iodida, ditambahkan
perlahan-lahan dalam larutan dingin: endapan hijau merkurium(I) iodida
Hg22+
+ 2I- → Hg2I2
Ø
PROSEDUR
I.
Identifikasi
Kation golongan I: Ag+, Hg2+, Pb2+
sampel:
AgNO3, Hg2(NO3)2, dan Pb(NO3)2
prosedur
:
a)
Prosedur
1
-
Di
siapkan 3 buah tabung reaksi
-
Di
masukkan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi 2, dan 10 tetes
larutan Hg(NO3)2 ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes larutan HCl encer dan di
amati perubahannya
-
Di
panaskan ketiga tabung reaksi dan diamati perubahan yang terjadi.
b)
Prosedur 2
-
Di
siapkan 3 buah tabung reaksi
-
Di
masukan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan Pb(NO3)2
ke dalam tabung reaksi 2, dan 10 tetes larutan Hg2(NO3)2
ke dalam tabung reaksi
-
Ke
dalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes larutan HCl encer dan diamati
perubahannya
-
Di
tambahkan larutan NH4OH secara berlebih dan diamati perubahannya.
c)
Prosedur3
-
Di
siapkan 3 buah tabung reaksi
-
Di
masukan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi 1,10 tetes larutan
Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes larutan Kl dan diamati perubahan
yang terjadi
-
Di
tambahkan lagi larutan Kl secara berlebih dan diamati perubahannya.
d)
Prosedur
4
-
Di
siapkan 3 buah tabung reaksi
-
Di
masukan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan Hg2(NO3)2
ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4
dan diamati perubahannya.
e)
Prosedur
5
-
Di
siapkan 3 buah tabung reaksi
-
Di
masukan 10 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan
Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan NaOH dan diamati
perubahannya.
Ø
PENGAMATAN
Identifikasi
kation golongan I
PROSEDUR
1
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
AgNO3
|
HCl
|
-
Menghasilkan
endapan berwarna putih,
-
Setelah
dipanaskan tidak terjadi perubahan
|
2
|
Pb(NO3)2
|
HCl
|
-
Tidak
terjadi perubahan
-
Setelah
dipanaskan tidak terjadi perubahan
|
3
|
Hg2(NO3)2
|
HCl
|
-
Tidak
menghasilkan endapan,
-
Setelah
dipanaskan larutan tetap
|
PROSEDUR
2
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
AgNO3
|
1. HCl
2.NH4OH
|
-
Menghasilkan
endapan putih
-
Endapan
menghilang sedikit-sedikit
|
2
|
Pb(NO3)2
|
1. HCl
2.NH4OH
|
-
Tidak
mengalami perubahan
-
Menghasilkan
endapan putih
|
3
|
Hg2(NO3)2
|
1. HCl
2.NH4OH
|
-
Tidak
terjadi endapan
-
Menghasilkan
sedikit endapan
|
PROSEDUR
3
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
AgNO3
|
KI
|
-
Mengalami
perubahan warna menjadi hijau muda dan Menghasilkan endapan putih
-
Setelah
ditambahkan pereaksi berlebih warna tetap tidak terjadi perubahan
|
2
|
Pb(NO3)2
|
KI
|
-
Mengalami
peubahan warna menjadi kuning
-
Setelah
ditambahkan pereaksi berlebih warna tetap tetapi menghasilkan endapan kuning
|
3
|
Hg2(NO3)2
|
KI
|
-
Menghasilkan
endapan oranye
-
Setelah
ditambahkan pereaksi berlebih mengalami perubahan warna menjadi tidak
berwarna dan endapan larut
|
PROSEDUR
4
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
AgNO3
|
K2CrO4
|
-
Menghasilkan
endapan kuning
|
2
|
Pb(NO3)2
|
K2CrO4
|
-
Menghasilkan
endapan kuning
|
3
|
Hg2(NO3)2
|
K2CrO4
|
-
Menghasilkan
endapan kuning
|
PROSEDUR 5
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
AgNO3
|
NaOH
|
-
Menghasilkan
endapan abu
|
2
|
Pb(NO3)2
|
NaOH
|
-
Menghasilkan
endapan putih
|
3
|
Hg2(NO3)2
|
NaOH
|
-
Menghasilkan
endapan kuning
|
Ø PEMBAHASAN
I. Identifikasi kation golongan I : Ag+ ,
Pb2+ , Hg22+.
a. Prosedur 1
1. Ditemukan bahwa bila larutan AgNO3 ditambahkan larutan HCl encer maka
larutan menjadi keruh dan setelah dipanaskan larutan menghasilkan endapan
putih. Endapan putih ini adalah AgCl yang terbentuk menurut reaksi :
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
2.
Ditemukan bahwa bila larutan Pb(NO3)2
ditambahkan larutan HCl maka larutan menjadi keruh dan setel dipanaskan larutan
menghasilkan endapan putih. Endapan putih ini adalah PbCl yang terbentuk menurut
reaksi :
Pb(NO3)2 + HCl
PbCl2 + HNO3
3.
Ditemukan bahwa bila larutan Hg2(NO3)2 ditambahkan larutan HCl encer maka larutan
tidak menghasilkan endapan dan setelah dipanaskan larutan tersebut tidak
terjadi perubahan. Larutan tersebut adalah HgCl2 menurut reaksi :
Hg(NO3)2 + HCl HgCl2 + HNO3
b. Prosedur 2
1.
Ditemukan bahwa bila larutan AgNO3 ditambahkan HCl menghasilkan endapan putih dan pada saat di tambah NH4OH maka
endapan menghilang sedikit demi sedikit maka larutan ini adalah AgOH
yang terbentuk menurut reaksi :
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
AgCl + HN4OH AgOH + NH4Cl
2.
Ditemukan bahwa bila larutan Pb(NO3)2
ditambahkan HCl
tidak mengalami perubahan dan pada saat di tambah larutan
NH4OH maka larutan menjadi putih
dan mengendap. Endapan putih ini adalah PbCl2 yang
terbentuk menurut reaksi :
Pb(NO3) + HCl PbCl2 + HNO3
3.
Ditemukan bahwa bila larutan Hg2(NO3)2 ditambahkanHCl
tidak mengalami perubahan ketika di tambahkan larutan
NH4OH
menghasilkan endapan. Larutan ini adalah :
Hg2(NO3)2 + HCl HgCl2 + HNO3
HgCl2 + NH4OH Hg(OH)2 + NH4Cl
c. Prosedur 3
1.
Ditemukan bahwa bila larutan AgNO3 UIditambahkan
larutan KI maka menghasilkan
endapan putih. Endapan putih ini adalah AgI yang
terbentuk menurut reaksi :
AgNO3 +
KI AgI + KNO3
2.
Ditemukan bahwa bila larutan Pb(NO3)2
ditambahkan larutan KI maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan kuning.
Endapan kuning ini adalah
PbI2 yang terbentuk meurut reaksi :
Pb(NO3)2 +
KI PbI2 + KNO3
3.
Ditemukan bahwa bila larutan Hg2(NO3)2
ditambahkan larutan KI maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan oranye.
Endapan oranye ini adalah
Hg2I yang terbentuk menurut reaksi :
Hg2(NO3)2 + KI HgI2 + K2NO3
d. Prosedur 4
1.
Ditemukan bahwa bila larutan AgNO3 ditambahkan
larutan KCrO4 maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan kuning. Endapan kuning
ini adalah Ag2CrO4
yang terbentuk menurut reaksi :
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + KNO3
2.
Ditemukan bahwa bila larutan Pb(NO3)2
ditambahkan larutan K2CrO4 maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan kuning. Endapan kuning
ini adalah PbCrO4 yang
terbentuk menurut reaksi :
Pb(NO3)2 + K2CrO4 Pb2CrO4 + KNO3
3.
Ditemukan bahwa bila larutan Hg2(NO3)2
ditambahkan larutan K2CrO4 maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan oranye.
Endapan oranye ini adalah
Hg2CrO4 yang
terbentuk menurut reaksi :
Hg2(NO3)2 + K2CrO4 Hg2CrO4 +
K2NO3
e. Prosedur 5
1.
Ditemukan bahwa bila
larutan AgNO3 ditambahkan larutan NaOH maka larutan menjadi keruh dan terbentuk
endapan abu. Endapan abu ini adalah NaNO3 yang terbentuk menurut reaksi:
AgNO3 + NaOH AgOH + NaNO3
2.
Ditemukan bahwa bila larutan Pb(NO3)2
ditambahkan larutan NaOH maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan
putih. Endapan putih ini adalah
NaNO3 yang terbentuk menurut reaksi :
Pb(NO3)2 + NaOH Pb(OH)2 + NaNO3
3.
Ditemukan bahwa bila larutan Hg2(NO3)2
ditambahkan larutan NaOH maka larutan menjadi keruh dan terbentuk endapan oranye.
Endapan oranye tersebut adalah
Na2NO3 yang terbentuk menurut reaksi :
Hg2(NO3)2 + NaOH Hg(OH)2 + Na2NO3
BAB II
GOLONGAN KATION KE DUA :
MERKURIUM (Hg) , TEMBAGA (Cu), DAN KADMIUM (Cd)
Kation-kation golongan ke dua
menurut tradisi dibagi dua sub-golongan yaitu : sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak
larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-grup arsenik melarut dengan
membentuk garam tio.
Su-golongan
tembaga terdiri dari Merkurium (Hg),
Tembaga (Cu), dan Kadmium(Cd). Klorida , nitrat, dan sulfat dari
kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah larut dalam air. Sulfida,
hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari sub-golongan
tembaga(Merkurium (Hg), Tembaga (Cu),
dan Kadmium(Cd)). Cenderung
membentuk kompleks (amonia, ion sianida, dan seterusnya).
1.
MERKURIUM (RAKSA) Hg (A :
200,59)-MERKURIUM (II)
Sifat-sifat
fisika dan kimia yang terpenting dari logam ini telah diuraikan dalam bagian III.5.Reaksi-reaksi
ion merkurium (II). Reaksi-reaksi ion merkurium (II) dapat dipelajari dengan
larutan merkurium (II) nitrat encer (0,05M).
1.
Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): Dengan
adanya asam klorida encer, mula-mula akan terbentuk endapan putih merkurium(II)
klorosulfida (a), yang terurai bila ditambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut,
dan akhirnya terbentuk endapan hitam merkurium(II) sulfida (b).
3Hg²++
2Cl- + 2H2S → Hg3S2Cl2 ↓
+ 4H+ (a)
Hg3S2Cl2
↓ + H2S → 3HgS ↓ 2H+ + 2Cl- (b)
Merkurium
(II) sulfida merupakan salah satu endapan yang paling sedikit larut (Ks = 4 x 10-54)
Endapan ini tak larut dalam air,
asam nitrat encer panas, hidroksida, alkali atau amonium sulfida (tak
berwarna).
Natrium sulfida (2M) melarutkan
endapan, pada mana ion kompleks disulfomerkurat(II) terbentuk :
HgS ↓ + S² ¯ → [HgS2]2-
Dengan menambahkan amonium
klorida pada larutan, merkurium(II) sulfida mengendap lagi.
3HgS ↓ + 6HCl + 2HNO3 → 3HgCl2 + 3S ↓
+ 2NO ↑ + 4H2O
Merkurium(II) klorida praktis
tak berdisosiasi pada kondisi-kondisi ini. Belerang tetap tertinggal sebagai
endapan putih, tetapi dengan mudah melarut jika larutan dipanaskan, dengan
membentuk asam sulfat :
2HNO3 + S ↓ → SO2-4
+ 2H+ + 2NO ↑
2.
Larutan
amonia : endapan putih dengan komposisi tercampur pada dasarnya terdiri dari
merkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat :
2Hg2+ + NO3- + 4NH3
+ H2O → HgO.Hg(NH2)NO3 ↓ + 3NH4+
Garam ini, seprti kebanyakan senyawa-senyawa merkurium,
bersublimasi pada tekanan atmosfer.
3.
Natrium
hidroksida bila ditambajkan dalam jumlah sedikit : endapan merah-kecoklatan
dengan komposisi yang berbeda-beda jika ditambahkan dalam jumlah yang
stoikiometris, endapan berubah menjadi kuning ketika terbentuk merkurium (II)
oksida :
Hg²+ 2OH- → HgO ↓ + H2O
Endapan tak larut dalam natrium
hidroksida berlebihan. Asam dengan mudah melarutkan endapan.
Reaksi ini adalah khas untuk
ion-ion merkurium (II) dan dapat dipakai untuk membedakan merkurium (II) dari
merkurium (I).
4.
Kalium
iodida bila ditambahkan perlahan-lahan kepada larutan : endapan merah merkurium
(II) iodida
Hg²+ + 2I-
→ HgI2↓
Endapan melarut dalam reagensia
berlebihan, pada mana ion tetraiodo-merkurat (II) terbentuk :
Hgl2 + 2I- → [HgI4]2-
Larutan kalium
tetraiodiomerkurat (II) yang basa, dipakai sebagai reagensia yang selektif dan
peka untuk ion amonium (reagensia-Nessler, lihat bagian III.38, reaksi 2)
5. Kalium sianida (RACUN) : tak
menimbulkan perubahan apa-apa dalam larutan encer (perbedaan dari ion-ion lain
dari sub-golongan tembaga).
6. Timah (II) klorida : bila
ditambahkan dalam jumlah sedang : endapan putih dan seperti sutera, merkurium
(I) klorida (kalomel).
2Hg²+ + Sn2+
+ 2Cl- → Hg2Cl2 ↓
+ Sn4
Reaksi ini
dipakai secara luas untuk menghilangkan kelebihan ion timah (II), yang dipakai
untuk reduksi pendahuluan, dalam titrasi oksidasi-reduksi.
Jika lebih banyak
lagi reagensia ditambahkan, merkurium (I) klorida di reduksi lebih lanjut, dan
terbentuklah endapan hitam, merkurium.
Hg2Cl2
↓ + Sn2+ → 2Hg ↓ + Sn4+ + 2Cl-
Uji bercak dengan
adanya anilina : oleh setetes larutan uji yang terdapat diatas kertas saring
atau lempeng bercak, dengan setetes larutan timah (II) klorida, dan setetes
anilina. Terjadi noda cokelat atau hitam dari logam merkurium.
Anilina
menyesuaikan PH larutan itu sampai suatu nilai yang cocok, pada mana stibium
tak mengganggu. Bismut dan tembaga juga tak mempunyai pengaruh perak, emas dan
molibdenum memang mengganggu.
7.
Lembaran
atau mata uang tembaga mereduksi ion merkurium (II) menjadi logamnya :
Cu +
Hg2+ → Cu2+ + Hg↓
Untuk petunjuk-petunjuk praktis
bagi uji ini, lihat bagian III.5, reaksi 12.
8.
Reagensia
dienkuprato (II) sulfat* dengan adanya kalium iodida : endapan lembayung-biru
tua dalam larutan netral atau amoniakal. Mula-mula dihasilkan ion tetraiodomerkurat
(II) :
Hg2+ + 4I- →
[HgI4]2-
Ini
bereaksi dengan ion kompleks dienkuprat, membentuk endapan dienkuprato(II) :
[Cu(en)2]2+ +
[HgI4]2-→ [Cu(en)2] [HgI4] ↓
Reaksi ini peka, tetapi ion kadmium yang
membentuk garam kompleks yang serupa, mengganggu.
9.
Difenilkarbazida
bereaksi dengan ion merkurium(II) dengan cara yang serupa dengan merkurium(I).
Untuk perincian, lihat bagian III.5, reaksi 14.
10. Uji kobalt(II) tiosianat kepada
larutan uji, tambahkan reagensia sejumlah volume yang sama (kadar kira-kira 10%,
baru saja dibuat), dan gosok-gosok dinding bejana dengan batang kaca. Terbentuk
endapan kristalin yang biru tua, yaitu kobalt tetratiosianatomerkurat(II) :
Hg2+ + Co2+ +
4SCN- → Co[Hg(SCN)4] ↓
Uji tetes : Taruh setetes larutan uji
diatas lempeng bercak, tambahkan sebutir kristal kecil amonium tiosianat,
diikuti dengan sedikit kobalt(II) asetat padat. Terjadi warna biru jika ada ion
merkurium(II).
Kepekaan : 0,5µg Hg2+ . Batas
konsentrasi : 1 dalam 105.
11. Uji kering semua senyawa-senyawa
merkurium, tak peduli keadaan valensinya, membentuk logam merkurium bila
dipanaskan dengan natrium karbonat anhidrat yang berlebihan. Untuk petunjuk-petunjuk praktis, lihat bagian III.5, reaksi 15.
2.
TEMBAGA, Cu (Aᵣ: 63,54)
Tembaga
adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada
1038°C. Karena potensial electrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu²⁺), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya
(8M) dengan mudah melarutkan tembaga:
3Cu
+ 8HNO₃ → 3Cu²⁺ + 6NO₃⁻ + 2NO ↑ + 4H₂O
Asam
sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga:
Cu
+ 2H₂SO₄ → Cu²⁺ + SO₄²⁻ + SO₂ ↑ + 2H₂O
Tembaga
mudah pula larut dalam air raja:
3Cu
+ 6HCl + 2HNO₃ → 3Cu²⁺ + 6Cl⁻ + 2NO ↑ + 4H₂O
Ada
dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan dari
tembaga(I)oksida Cu₂O yang merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu⁺.
Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam
air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I). Mereka mudah dioksidasikan
menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida,
CuO, hitam. Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk
hidrat, padat, maupun dalam larutan-air;warna ini benar-benar khas hanya
untuk ion tetraakuokuprat(II) [Cu(H₂O)₄]²⁺
saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat(II) (yaitu, warna
ion tembaga(II) dalam larutan-air), adalah 500 ᴜg dalam batas konsentrasi 1
dalam 10⁴. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat
anhidrat CuSO₄, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu
terdapat ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan, dalam buku ini kita akan
menyebutnya sebagai ion tembaga(II) Cu²⁺ saja.Dalam praktek, hanya ion
tembaga(II) yang penting, maka hanya reaksi ion tembaga(II) akan diuraikan
disini.
Reaksi-reaksi ion
tembaga(II) Reaksi-reaksi ini dapat
dipelajari dengan memakai larutan tembaga(II) sulfat.
1. Hidrogen
sulfide (gas atau larutan-air jenuh):endapan hitam, tembaga(II) sulfida:
Cu²⁺ + H₂S → CuS↓ + 2H⁺
Kѕ(CuS;
25°C) = 10⁻⁴⁴. Kepekaan:1 ᴜg Cu²⁺.Batas
konsentrasi: 1 dalam 5 x 10⁶.
Larutan
harus asam (1Mdalam asam klorida) untuk memperoleh endapan kristalin yang mudah
disaraing. Tanpa adanya asam, atau dalam larutan yang hanya sedikit sekali
asam, diperoleh endapan koloid yang hitam kecoklatan. Dengan menambahkan
sedikit asam dan mendidihkan, dapat tercapai koagulasi (penggumpalan).
Endapan
tak larut dalam asam sulfat encer (1M) mendidih (perbedaan dari cadmium), dalam
natrium hidroksida, natrium sulfide, ammonium sulfida, dan hanya sedikit sekali
larut dalam polisulfida.
Asam
nitrat pekat, panas, melarutkan tembaga(II) sulfide, dengan meninggalkan
belerang sebagai endpan putih:
3CuS↓+
8HNO₃ → 3Cu²⁺ + 6NO₃⁻ + 3S ↓ + 2NO ↑ + 2H₂O
Bila
dididihkan lebih lama, belerang akan dioksidasikan menjadi asam sulfat dan kita
memperoleh larutan yang jernih dan berwarna biru:
S
↓ + 2HNO₃ → 2H⁺ + SO₄²⁻ + 2NO ↑
Kalium
sianida (RACUN) malarutkan endapan,
pada mana terbentuk ion tetraasinokuprat(I) yang tak berwarna dan terbentuk ion
disulfida:
2CuS
↓ + 8CN⁻ → 2[Cu(CN)₄]ᶟ⁻ + S₂²⁻
Perhatikan,
bahwa ini merupakan proses oksidasi-reduksi (tembaga direduksi, belerang
dioksidasi) yang dibarengi dengan pembentukan kompleks. Bila dalam keadaan
basah dibiarkan terkena udara, tembaga(II) sulfida cenderung teroksidasi
menjadi tembaga(II) sulfat:
CuS
↓ + 2O₂ → CuSO₄
Dan
karenanya menjadi dapat larut dalam air.
Banyak sekali panas yang dilepaskan pada proses ini. Kertas saring dengan
endapan tembaga(II) sulfida diatasnya, tak boleh sekali-kali dibuang dalam
tempat sampah yang berisi kertas atau lain-lain zat yang mudah menyala, tetapi
endapan itu harus dihilangkan dulu dengan menghanyutkannya dengan air yang mengalir.
2. Larutan
ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit: endapan biru suatu garam basa
(tembaga sulfat basa):
2Cu²⁺ + SO₄²⁻ + 2NH₃ + 2H₂O → Cu(OH)₂.CuSO₄ ↓ + 2NH₄⁺
Yang
larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat(II):
Cu(OH)₂.CuSO₄ ↓ + 8NH₃ → 2[Cu(NH₃)₄]²⁺ + SO₄²⁻ + 2OH⁻
Jika
larutan mengandung garam ammonium (atau larutan itu sangat asam dan ammonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tak terjadi-sama
sekali, Tetapi warna biru langsung terbentuk.
Reaksi
ini adalah khas untuk ion tembaga(II), dengan tak adanya
3.
Natrium hidroksida dalam larutan dingin: endapan biru tembaga(II) hidroksida:
Cu²⁺
+ 2OH⁻ → Cu(OH)₂↓
Endapan
tak larut dalam reagensia berlebihan.
Bila
dipanaskan, endapan diubah menjadi tembaga(II) oksida hitam oleh dehidratasi:
Cu(OH)₂ ↓ → CuO ↓ + H₂O
Dengan
adanya asam tartarat atau asam sitrat dalam larutan, tembaga(II) hidroksida tak
diendapkan oleh larutan basa alkal, tetapi larutan jadi berwarna biru. Jika
larutan yang basa ini diolah dengan zat-zat pereduksi tertentu, seperti
hidroksilamina, hidrazina, glukosa, dan asetaldehida, maka tembaga(I)
hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang hangat, yang kemudian diubah
menjadi tembaga(I) oksida merah, Cu₂O dengan pendidihan.Larutan garam
tembaga(II) yang bersifat basa, yang mengandung asam tartarat, biasa dikenal
orang sebagai larutan Fehling; ia
mengandung ion kompleks [Cu(COO.CHO)]²⁻
4.
Kalium iodida: mengendapkan tembaga(I) iodida
yang putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion
tri-iodida (iod):
2Cu²⁺ + 5I⁻ → 2CuI ↓ + I₃⁻
Dengan
menambahkan natrium tiosulfat berlebihan kepada larutan, ion tri-iodida
direduksi menjadi ion iodida yang tak berwarna, dan warna putih dari endapan menjadi
terlihat. Reduksi dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat:
I₃⁻ + 2S₂O₃²⁻→ 3I⁻ + S₄O₆²⁻
Reaksi
ini dipakai dalam analisis kuantitatif untuk penentuan tembaga secara
iodometri.
5.
Kalium sianida (RACUN): bila ditambahkan dengan sedikit sekali, mula-mula
terbentuk endapan kuning tembaga(II) sianida:
Cu²⁺ + 2CN⁻ → Cu(CN)₂ ↓
Endapan
dengan cepat terurai menjadi tembaga(I) sianida putih dan sianogen (GAS YANG SANGAT BERACUN)
2Cu(CN)₂ ↓ → 2Cu(CN) ↓ +(CN)₂ ↑
Dalam
reagensia berlebihan, endapan terlarut, dan kompleks tetrasianokuprat(I) yang
tak berwarna terbentuk:
CuCN ↓ + 3CN⁻ → [Cu(CN)₄]ᶟ⁻
Kompleks
ini begitu stabil (yaitu, konsentrasi ion tembaga(I) begitu rendah) sehingga
hydrogen sulfide tidak dapat mengendapkan tembaga(I)sulfide dari larutan ini (perbedaan
dari cadmium, lihat bagian IIL11 reaksi 1 dan 5).
6.
Kalium heksasianoferat(II): endapan coklat-kemerahan, yaitu
tembaga heksasianoferat(II) dalam suasana netral atau asam:
2Cu⁺
+ [Fe(CN)₆]⁴⁻ → Cu₂ [Fe(CN)₆] ↓
Endapan
larut dalam endapan ammonia, pada mana terbentuk ion tembaga tetraamina yang
biru tua:
Cu₂[Fe(CN)₆] ↓+ 8NH₃
→ 2[Cu(NH₃)₄]²⁻ + [Fe(CN)₆]⁴⁻
7.
Kalium tiosianat: endapan hitam tembaga(II)
tiosianat:
Cu⁺ + 2SCN⁻ → Cu(SCN)₂ ↓
Endapan
terurai perlahan-lahan, membentuk tembaga(I)tiosianat putih, dan terbentuk
tiosianogen:
2Cu(SCN)₂ ↓ → 2CuSCN
↓ + (SCN)₂
Tiosianogen
ini terurai cepat dalam larutan air.
Tembaga(II)
tiosianat dapat segera diubah menjadi tembaga(I) tiosianat dengan menambahkan
zat pereduksi yang sesuai. Larutan jenuh belerang dioksida merupakan reagensia
yang paling sesuai:
2Cu(SCN)₂ ↓ + SO₂ +2H₂O → 2Cu(SCN) ↓ + 2SCN⁻ + SO₄²⁻ + 4H⁺
8.
Besi jika sepotong paku besi yang
bersih atau mata pisau lipat dicelup dalam larutan suatu garam tembaga, kita
peroleh endapan yang merah dari tembaga padanya: (lihat bagan 1.42)
Cu²⁺ + Fe → Fe²⁺ + Cu
Dan
sejumlah besi yang ekuivalen melarut.
Potensial
electrode tembaga (lebih tepatnya,
system tembaga-tembaga(II)) lebih positif dibandingkan potensial electrode besi
(atau system besi-besi(II)).
9.
ἀ-Benzoinoksima(atau
kupron) (5% dalam alcohol)
(C₆H₅.CHOH.C (=NOH). C₆H₅):
Membentuk
endapan hijau, tembaga(II) benzoinoksima Cu(C₁₄H₁₁O₂), yang tak larut dalam
ammonia encer. Jika ada garam-garam logam yang bisa diendapkan oleh ammonia,
pengendapannya dapat dicegah dengan menambahkan natrium kalium tartrat
(10%).reagensia ini spesifik untuk tembaga dalam larutan tartrat amoniakal.
Garam-garam ammonium yang berjumlah banyak, mengganggu dan harus dihilangkan
dengan menguapkan dan memanaskan sampai merah-pijar: residu ini lalu dilarutkan
dalam sedikit sam klorida encer.
Olah
sedikit kertas reaksi-tetes dengan setetes larutan uji yang sedikit asam dan
setetes reagensia, lalu pegang kertas diatas uap ammonia. Timbul pewarnnan
hijau.
Kepekaan: 0,1ug Cu. Batas konsentrasi: 1 dalam 5 x 10⁵
Jika
ion-ion lain yang dapat diendapkan oleh larutan ammonia, juga ada, setetes
larutan garam Rochelle (10%) harus diteteskan dahulu diatas kertas sebelum
reagensia ditambahkan.
10. Salisilaldoksima
(1%)
CH=NOH
OH
Membentuk
endapan kuning-kehijauan tembaga salisilaldoksima Cu(C7H6O2N)
2dalam larutan asam asetat, yang larut dalam asam asetat, yang larut
dalam asam mineral. Hanya palladium dan emas yang mengganggu, masing-masing
menghasilkan Pd(C₇H₆O₂N)₂ dan logam emas
dalam larutan asam asetat; zat-zat ini karenanya tidak boleh ada.
Taruh
setetes larutan uji yang telah dinetralkan, kemudian asamkan dengan asam asetat
dalam tabung uji-mikro dan tambahkan satu tetes reagensia. Kita memperoleh
endapan atau kekeruhan (opalesensi) (tergantung dari banyaknya tembaga yang
terdapat) yang berwarna hijau-kuning.
Kepekaan: 0,5ug Cu. Batas konsentrasi: 1 dalam 10⁵
11. Asam
rubeanat (atau ditio-oksamida) (0,5)
H₂N-C-C-NH₂
│ │
S S
Endapan
hitam,tembaga rubeanat Cu[C(=NH)S]₂ dari larutan amoniakal atau yang sedikit
asam. Endapan terbentuk meskipun ada alkali tartrat, tetapi tidak dalam larutan
alkali sianida. Hanya ion-ion nikel dan kobalt bereaksi pada kondisi-kondisi
yang serupa, dengan menghasilkan masing-masing endapan-endapan biru dan coklat.
Namun tembaga bisa dideteksi, meskipun ada unsur-unsur ini, dengan memakai metode pemisahan secara kapiler diatas kertas
saring. Merkurium (I) tak boleh ada, karena memberinoda hitam dengan ammonia.
Diatas
lubang-lubang yang bersebelahan dari lempeng bercak, taruh setetes larutan uji
dan setetes air suling. Tambahkan kepada masing-masing 1 tetes besi(III)
tiosianat (0,05M), dan 3 tetes nantrium tiosulfat (0,5M).
Hilangnya
warna dari larutan yang bebas-tembaga itu baru sempurna dalam 1,5-2 menit: jika
larutan uji mengandung 1ug tembaga, hilangnya warnanya terjadi seketika. Untuk
tembaga-tembaga dalam jumlah yang sedikit, perbedaan dalam waktu antara kedua
uji tersebut, masih cukup berarti.
Kepekaan: 0,2ug Cu²⁺. Batas konsentrasi: 1 dalam
2 x 10⁶.
14. uji kering
a.
uji pipa-tiup, bila senyawa tembaga dipanaskan dengan karbonat alkali diatas
arang, logam tembaga yang merah diperoleh, tetapi tak terlihat oksida.
b.
manik boraks, hujau selagi panas, dan biru ketika dingin sehabis dipanaskan
dalam nyala oksidasi; merah dalam nyala reduksi, yang diperoleh paling baik
dengan menambahkan runutan timah.
c.
uji nyala, hijau terutama pada kehadiran halide, misalnya dengan membasahkan
asam klorida pekat sebelum dipanaskan.
3. KADMIUM, Cd (Ar:
112,40).
Kadmium adalah logam putih keperakan,yang
dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada suhu 321o C. Ia melarut
dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial
elektrodenya yang negatif):
Cd + 2H Cd2+ + H2
Kadmium
membentuk ion bivalen yang tak berwarna . Kadmium klorida, nitrat dan sulfat
larut dalam air; sulfidanya tak larut dan berwarna kuning khas .
Reaksi ion
kadmium(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari paling mudah dengan larutan kadmium sulfat 0,25M.
1.
Hidrogen sulfida (gas atau
larutan air jenuh
): endapan kuning kadmium sulfida:
Cd2+ + H2S Cds +
2H+
Reaksi
ini dapat-balik; jika konsentrasi asam kuat
dalam larutan diatas 0,5M, pengendapan akan tak sempurna. Asam pekat
melarutkan endapan oleh sebab yang sama. Endapan tak larut dalam kalium sianida
(RACUN), ini membedakan ion kadmium
dari tembaga.
2. Larutan
amonia bila ditambahkan tetes demi tetes: endapan putih kadmium (II) hidroksida:
Cd2+ + 2NH3
+ 2H2O Cd(OH)2 + 2NH+4
Endapan
melarut dalam asam, pada mana kesetimbangan bergeser ke kiri. Reagensia yang berlebihan
melarutkan endapan, pada mana ion-ion tetraaminakadmium(II) terbentuk Cd(OH)2 4NH3 [Cd(NH3)4]2+
+ 2OH- kompleks ini
tidak berwarna.
3.
Natrium hidroksida: endapan putih kadmium (II)
hidroksida : Cd2+
+ 2OH- Cd(OH)2
Endapan
tak larut dalam reagensia berlebihan ; warna dan komposisinya tetap tak berubah
bila di didihkan. Asam encer melarutkan endapan dengan menggeser kesetimbangan
ke kiri .
4. Kalium
sianida (RACUN) : endapan putih kadmium
sianida, bila ditambahkan perlahan-lahan kepada larutan :
Cd2+ + 2CN- Cd(CN)2
Reagensia yang berlebihan melarutkan
endapan, pada mana ion tetrasianokadmiat (II) terbentuk : Cd(CN)2 + 2CN- [Cd(CN)4]2-
Kompleks yang tak berwarna ini tak
terlalu stabil ; bila gas hidrogen sulfida dialirkan kadmium sulfida akan
mengendap : [Cd(CN)4]2-
+ H2S CdS + 2H+ + 4CN-
Perbedaan yang menyolok dalam kestabilan
kompleks-kompleks tembaga dan kadmium tetrasianato, dipakai sebagai dasar untuk
pemisahan ion-ion tembaga dari kadmium (lihat bagian I.32).
5.
Kalium tiosianat : tak membentuk endapan
(perbedaan dari tembaga).
6.
Kalium iodida: tak membentuk endapan
(perbedaan dari tembaga).
7. Dinitro-p-difenil
karbazida (0,1%)
Membentuk produk yang berwarna coklat dengan kadmium
hidroksida , yang yang berubah menjadi biru kehijauan dengan formaldehida . Taruh
setetes larutan uji yang asam, netral, atau amoniakal, diatas lempeng bercak
dan campur dengan 1 tetes larutan natrium hidroksida (2M) dan 1 tetes larutan
kalium sianida (10%). Bubuhkan 1 tetes pereaksi dan 2 tetes larutan
formaldehida (40%). Terbntuk endapan coklat, yang dengan cepat sekali menjadi
biru kehijauan. Reagensia kalau sendirian, berwarna merah dlam larutan basa ,
dan berwarna lembayung dengan formaldehida, maka sebaiknya bandingkan warna
yang dihasilkan dalam uji blanko dengan air murni, bila kita menyelidiki
kadmium yang jumlahnya sangat sedikit sekali.
Kepekaan : 0,8 Cd .
Batas konsentrasi
: 1 dalam 60.000
Dengan
adanya tembaga dalam jumlah yang banyak sekali, harus dipakai 3 tetes dari
masing-masing larutan kalium sianida dan formaldehida ; kepekaan adalah 4 Cd, dengan adanya tembaga sebanyak 400 kali
lipat dari itu.
8.
4-Nitronaftalena-diazoamino-azo-benzena (‘Cadion 2B’) (0,02%):
Kadmium
hidoksida membentuk zat warna merah dengan reagensia, yang kontras dengan rona
biru reagensia. Taruh
setetes reagensia diatas kertas reaksi-tetes, tambahkan satu tetes larutan uji
(yang harus diasamkan sedikit dengan asam asetat (2M), dan mengandung sedikit
natrium kalium tartrat) , dan lalu satu tetes kalium hidroksida (2M) .
Dihasilkan suatu bercak berwarna merah-jambu terang , yang dikitari oleh lingkaran
berwarna biru .kepekaan: 0,025 Cd.Gangguan dari tembaga, nikel, kobalt,
besi, kromium, dan magnesium dicegah dengan menambahkan natrium kalium nartrat
pada larutan uji : maka hanya perak (dapat dihilangkan sebagai perak iodida
dengan menambahkan sedikit larutan KI ) dan merkurium yang mengganggu .
Merkurium paling baik dihilangkan dengan menambahkan sedikit natrium kalium
tartrat , beberapa butir kristal
hidroksilamina hidroklorida, diikuti dengan larutan natrium hidroksida
sampai larutan bersifat basa; merkurium
akan mengendap sebagai logam. Timah (II) klorida tak cocok untuk reduksi ini,
karena bagian terbesar dari kadmium akan teradsorbsi pada endapan merkurium
itu.Reagensia dibuat dengan melarutkan 0,02 g. ‘kadion 2B’ dalam 100 ml etanol
kepada mana ditambahkan 1 ml kalium hidroksida 2M. Larutan ini tak boleh
dipanaskan. Asam mineral akan merusaknya.
9. Uji kering : a. Uji pipa tiup. Semua senyawa kadmium bila
dipanaskan dengan alkali karbonat diatas arang, menghasilkan kerak berwarna
coklat kadmium oksida CdO.
b. Uji pipa . Garam kadmium direduksi oleh
natrium oksalat menjadi unsur kadmium, yang biasanya diperoleh sebagai cermin
logam, dikelilingi oleh sedikit kadmium oksida coklat . Pada pemanasan dengan
belerang ,logam itu berubah menjadi kadmium sulfida kuning .Taruh sedikit garam
kadmium yang dicampur dengan natrium oksalat yang sma berat, dalam sebuah
tabung pemijar kecil, dan panaskan . Terjadilah cermin logam kadmium dengan
pinggiran yang coklat . Biarkan menjadi dingin,tambahkan sedikit bunga belerang dan panaskan lagi . Cermin logam
berangsur-angsur berubah menjadi sulfida yang berwarna jingga ,yang menjadi
kuning setelah di dinginkan . Jangan kacaukan ini dengan sublimat belerang yang
kuning .
Ø
PROSEDUR
1.
Identifikasi
kation golongan II : Cu2+, Cd2+, Hg2+
Sampel
: CuSO4, CdSO4, Hg2(NO3)2
Prosedur
:
a.
Prosedur
1
-
Sediakan
3 buah tabung reaksi
-
Masukan
10 tetes larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan
CdSO4 ke dalam tabung reaksi 2, dan 10 tetes larutan Hg2(NO3)2
ke dalam tabung reaksi 3
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan NH4OH dan amati
perubahan yang terjadi
-
Tambahkan
larutan NH4OH berlebih dan amati perubahan yang terjadi
b.
Prosedur
2
-
Sediakan
2 buah tabung reaksi
-
Masukan
10 tetes larutan CuSO4 ke
dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan CdSO4 ke dalam tabung reaksi
2, dan 10 tetes larutan Hg2(NO3)2 ke dalam
tabung reaksi 3
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan NaOH dan amati perubahan
yang terjadi
-
Panaskan
ketiga tabung reaksi dan amati perubahan yang terjadi
-
Didihkan
larutan dan amati perubahan yang terjadi
c.
Prosedur
3
-
Sediakan
2 buah tabung reaksi
-
Masukan
10 tetes larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan
CdSO4 ke dalam tabung reaksi
2, dan 10 tetes larutan Hg2(NO3)2 ke dalam
tabung reaksi 3
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan KI dan amati perubahan
yang terjadi
d.
Prosedur
4
-
Sediakan
2 buah tabung reaksi
-
Masukan
10 tetes larutan CuSO4 ke
dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan CdSO4 ke dalam tabung reaksi 2, dan 10 tetes larutan
Hg2(NO3)2
ke dalam tabung reaksi 3
-
Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes larutan KSCN dan amati perubahan
yang terjadi
Ø
PENGAMATAN
PROSEDUR
1
NO
|
KATION
|
PEREAKSI
|
PENGAMATAN
|
1.
|
CuSO4
|
NH4OH
|
Menghasilkan
endapan berwarna biru muda
+ NH4OH
berlebih endapan menjadi larut
|
|
CdSO4
|
NH4OH
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
+NH4OH
berlebih endapan tetap
|
|
Hg2(NO3)2
|
NH4OH
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
+NH4OH
berlebih endapan tetap
|
PROSEDUR
2
NO
|
KATION
|
PEREAKSI
|
PENGAMATAN
|
2.
|
CuSO4
|
NaOH
|
Menghasilkan
endapan berwarna biru muda
Setelah
didihkan endapan berkurang dan menghasilkan warna lebih biru muda
|
|
CdSO4
|
NaOH
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
Setelah
didihkan endapan tidak mengalami perubahan (tetap)
|
|
Hg2(NO3)2
|
NaOH
|
Menghasilkan
endapan berwarna kuning
Setelah
didihkan endapan berubah menjadi berwarna kuning tua kecoklatan
|
PROSEDUR
3
NO
|
KATION
|
PEREAKSI
|
PENGAMATAN
|
3.
|
CuSO4
|
KI
|
Menghasilkan
endapan berwarna kuning
|
|
CdSO4
|
KI
|
Larutan
tidak berubah (larutan bening)
|
|
Hg2(NO3)2
|
KI
|
Menghasilkan
endapan berwarna oren
|
PROSEDUR
4
NO
|
KATION
|
PEREAKSI
|
PENGAMATAN
|
4.
|
CuSO4
|
KSCN
|
Menghasilkan
endapan berwarna hijau
|
|
CdSO4
|
KSCN
|
Larutan
tidak berubah (larutan bening)
|
|
Hg2(NO3)2
|
KSCN
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
Ø
PEMBAHASAN
CuSO4 setelah di
tambahkan larutan NH4OH menghasilkan endapan berwarna biru muda dan
setelah di tambahkan NH4OH berlebih endapan menjadi larut
CuSO4 =
Cu+ + SO42-
NH4OH = NH4+
+ OH-
Cu+ + OH-
CuOH
NH4+
+ SO42-
NH4SO4
CdSO4 setelah di
tambahkan larutan NH4OH menghasilkan endapan berwarna putih dan
setelah di tambahkan NH4OH berlebih endapan tidak berubah (tetap).
CdSO4 = Cd+ +
SO42-
NH4OH = NH4+
+ OH-
Cd+ + OH-
CdOH
NH4+ + SO42-
NH4SO4
Hg(NO3)2
setelah di tambahkan larutan NH4OH menghasilkan endapan berwarna
putih dan setelah di tambahkan larutan NH4OH endapan tidak berubah
(tetap).
Hg(NO3)2 =
Hg2+ + NO3-
NH4OH = NH4+ +
OH-
Hg2+ + OH-
HgOH
CuSO4 setelah
di tambahkan larutan NaOH menghasilakn endapan berwarna biru muda dan setelah
di didihkan endapan berkurang
CuSO4 =
Cu+ + SO42-
NaOH = Na+ + OH-
Cu+ + OH-
CuOH
CdSO4 setelah di
tambahkan larutan NaOH menghasilakn endapan berwarna putih dan setelah di
didihkan endapan tidak berkurang
CdSO4 = Cd+ +
SO42-
NaOH = Na+ + OH-
Cd+ + OH-
CdOH
Hg(NO3)2
setelah di tambahkan larutan NaOH menghasilakn endapan berwarna kuning dan
setelah di didihkan endapan menghasilkan endapan berwarna kecoklatan
Hg(NO3)2 =
Hg2+ + NO3-
NaOH = Na+ + OH-
Hg2+ + OH-
HgOH
CuSO4 setelah di
tambahkan larutan KI menghasilkan endapan berwarna kuning
CuSO4 =
Cu+ + SO42-
KI = K+ + I-
Cu+ + I-
CuI
CdSO4 setalah
di tambahkan larutan KI tidak mngalami perubahan (larutan bening)
CdSO4 = Cd+ +
SO42-
KI = K+ + I-
Cd+ + I-
CdI
Hg(NO3)2
setelah di tambahkan larutan KI menghasilkan endapan berwarna oren
Hg(NO3)2 =
Hg2+ + NO3-
KI = K+ + I-
Hg2+ + I-
HgI
CuSO4 setelah di
tambahkan larutan KSCN menghasilkan endapan berwarna hijau pekat
CuSO4 =
Cu+ + SO42-
CdSO4 setelah
di tambahkan larutan KSCN larutan tetap (larutan bening)
CdSO4 = Cd+ +
SO42-
Hg(NO3)2
setelah di tambahkan larutan KSCN menghasilkan endapan berwarna putih
Hg(NO3)2 =
Hg2+ + NO3-
BAB III
GOLONGAN KATION KE
TIGA: BESI (II) DAN (III), ALUMUNIUM KROMIUM (III) DAN (VI) NIKEL, KOBALT,
MANGAN (II) DAN (VII) DAN ZINK.
Reagensia
golongan: hydrogen sulfide (gas atau larutan air jenuh) dengan adanya ammonia
dan ammonium klorida, atau larutan ammonium sulfide.
Reaksi golongan:
endapan-endapan dengan berbagai warna: besi(II) sulfide (hitam), aluminium
hidroksida (putih), kromium(III) hidroksida (hijau), nikel sulfide (hitam),
kobalt sulfide (hitam), mangan (II) sulfide (merah jambu), dan zink sulfide
(putih).
Logam-logam
golongan ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk Golongan I dan II,
tetapi semuanya diendapkan, dengan adanya ammonium klorida, oleh hydrogen
sulfide dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan amonia.
Logam-logam, ini diendapkan sebagai sulfide, kecuali alumunium dan kromium,
yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari
sulfide dalam larutan air. Besi, alumunium, dan kromium (sering disertai
sedikit mangan) juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan ammonia dengan
adanya ammonium klorida, sedang logam-logam lain dari golongan ini tetap berada
dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfide oleh hydrogen sulfide. Maka
golongan ini biasa dibagi menjadi golongan besi (besi, alumunium, dan kromium)
atau Golongan IIIA, dan golongan zink )nikel, kobalt, mangan, dan zink) atau
Golongan IIIB.
1.
BESI, Fe (Ar : 55,85) ---
BESI(II).
Besi yang murni
adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 15350C.
Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah
kecil karbida, silisida, dan sulfide dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat
pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat
dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan
besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi(II) dab gas hydrogen.
Fe + 2H+ → Fe2+
+
H2 ↓
Fe
+ 2HCl → Fe2+ + 2Cl- + H2
↑
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(II)
dan belerang dioksida :
2Fe + 3H2SO4 + 6H+ → 2Fe3+ + 3SO2
↑ +
6H2O
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan
amonia :
4Fe + 10H+ + NO-3 4Fe2+ + NH4 + 3H2O
Asam nitrat
pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif; dalam keadaan ini, ia tidak bereaksi
dengan asam nitrat encer dan tak pula mendesak tembaga dari larutan air suatu
garam tembaga. Asam nitrat 1 + 1 atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan
besi dengan membentuk gas nitrogen oksida dan ion besi(III).Besi membentuk dua
deret garam yang penting.
Garam-garam
besi(II) (atau fero) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam larutan,
garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan
kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion bsi(II) dapat mudah
dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin
kurang asam larutan itu, semakin menyala efek ini; dalam suasana netral atau
basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi(II). Maka larutan besi(II) harus sdikit asam
bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Garam-garam besi(III)
(atau fero) diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3. Mereka lebih stabil
daripada garam besi(II). Dalam larutannya terdapat kotion-kotion Fe3+ yang
berwarna kuning muda; jika larutan mendung klorida, warna menjadi semakin kuat.
Zat-zat pereduksi mengubah ion besi(III) menjadi besi(II).
Reaksi-reaksi ion besi(II).
Pakailah larutan 0,5M besi(II) sulfat, FeSO4.7H2O), yang baru saja
dibuat yang diasamkan dengan 50 ml MH2SO4 per liter, untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini.
1.
Larutan
natrium hidroksida; endapan putih besi(II) hidroksida,Fe(OH)2, bila tak
terdapat udara sama sekali. Endapan ini tak larut dalam asam. Bila terkena
udara, besi(II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada akhirnya
menghasilkan besi(III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada kondisi biasa,
Fe(OH)2 nampak sebagai endapan hijau kotor; dengan penambahan hidrogen
peroksida, segera dioksidasikan menjadi besi(III) hidroksida
2.
Larutan
ammonia: terjadi pengendapan besi(II) hidroksida (lihat, reaksi). Tetapi, jika
ada ion ammonium dalam jumlah yang lebih banyak, disosia ammonium hidroksida
tertekan dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah, sehingga
hasilkali larutan besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, tak tercapai, dan pengendapan
tidak terjadi. Keterangan serupa juga berlaku untuk unsure-unsur divalent
lainnya dari Golongan III, nikel, kobalt, zink dan mangan dan juga magnesium.
3.
Hidrogen
sulfide: tak terjadi pengendapan dalam larutan asam, karena konsentrasi ion
hydrogen jadi berkurang dan konsentrasi ion sulfidabertambah dengan sesuai,
dengan penambahan larutan natrium asetat, maka terjadi pengendapan sebagian
besi(II) sulfide, FeS, yang hitam.
4.
Larutan
ammonium sulfide: endapan hitam besi(II) sulfide, FeS, yang larut dengan mudah
dalam asam, dengan melepaskan hydrogen sulfide. Endapan yang basah, akan
menjadi coklat setelah terkena udara, karena dioksidasikan menjadi besi(II)
sulfal basa, Fe2O(SO4)2.
5.
Larutan
kalium sianida (RACUN): endapan coklat kekuningan, besi(II) sianida, yang larut
dalam reagensia berlebihan, pada mana kita memperoleh larutn kuning muda dari
ion heksasianoferat(II) (ferosianida)[Fe(CN)6]4
Besi yang ada dalam larutan demikian,
biasa dideteksi dengan menguraikan ion komnpleks itu dengan mendidihkan larutan
dengan asam sulfat pekat dalam kamar asam yang mempunyai ventilasi yang baik,
pada mana terbentuk gas karbonmonoksida (bersama-sama dengan hydrogen sianida,
jika kalium sianida terdapat berlebihan)
6.
Larutan
kalium heksasianoferat(II): dalam keadaan tanpa udara sama sekali, terbentuk
endapan putih kalium besi(II) heksasianoferat
7.
Larutan
kalium heksasianoferat(III) : diperoleh endapan biru tua. Mula-mula ion
heksasianoferat(III) mengoksidasikan besi(II) menjadi besi(III), pada mana
terbentuk heksasianoferat(II): Dan ion-ion ini bergabung menjadi endapan yang
disebut biru Turnbull :
8.
Larutan
ammonium tiosianat: tak diperoleh pewarnaan denganb garam-garam besi(III)
hidroksida mengendap.
9.
Reagensia
x1,x1 – Dipiridil
10.
Reagensia
dimetilglioksima: besi(II) dimetilglioksima merah yang larut dalam larutan
amoniakal. Garam-garam besi(II) tak mem,beri pewarnaan tetapi nekel, kobalt,
dan jumlah-jumlah besar garam tembga mengganggu maka tidak boleh ada. Uji ini
boleh dilakukan dengan adanya larutan kalium sianida, dalam mana nikeln
dimetilglioksima.
Jika dikehendaki, mendeteksi ion-ion
besi(III) denngan uji ini, ion-ion ini harus direduksi dulu dengan sedikit
hidroksilamina hidroklorida.
Reagensia ini terdiri dari larutan 1
persen dimetilglioksima dalam alcohol
11. Larutan ammonium tiosianat:
dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan merah-tua (perbedaan
darim ion besi(II), yang disebabkan karena pembentukan suatu kompleks besi(III)
tiosianat yang tak berdisosiasi:
Fe3+ + 3SCN- " Fe(SCN)3
Asam organic berbasa dua membentuk
ionkompleks dari jenis.
Ion-ion
fluoride dan merkurium(II) memutihkan warna larutan, karena pembentukan
komplekss herksafluoroferat(III) [FeF6]3- yang lebih stabildi merkurium(II)
tiosianat yang tak berdisosiasi:
Harus
dihindarkan adanya nitrit-nitrit, sebab dalam larutan asam mereka membentuk nitrosil
NCSCN yang menghasilkan warna merah, yang hilang ketika dipanaskan, serupa
halnya dengan besi(III).
Reaksi ini dapat dengan baik disesuaikan
sebagai uji bercak dan dapat dilakukan seperti berikut. Taruh setetes larutan
uji di atas lempeng bercak dan tambahkan 1 teteslarutan ammonium tiosianat 1
persen. Timbul pewarnaan merah-tua.
Kepekaan: 0,25 g Fe3+ . Batas
konsentrasi: 1 dalam 200.000, kobalt, dan nikel, mengurangi kepakaan uji ini.
12.
Asam
7-iodo-8-hidroksikuinolina-5-sulfonat (atau reagensia feron)
13.
Reduksi
ion besi(III) menjadi besi(II). Dalam larutan asam, ini bisa dicapai dengan
berbagai zat. Logam zink atau cadmium, atau amalgamnya (yakni aliase* dengan
merkuriuum) boleh dipakai:
Timah(II) klorida, kalium iodide,
hidroksilamina hidroklorida, hidrazina sulfat, atau asam askorbat dapat juga
dipakai:
Dimana
produk reduksinya dengan asam askorbat adalah asam dehidroas korbat.
Hidrogen sulfide (lihat reaksi 3) dan gas
belerang dioksida, juga mereduksi ion besi(III)
14.
Oksidasi
ion besi(II) menjadi besi(III): oksidasi terjadi dengan lambat, ketika terkena
udara. Oksidasi yang cepat dihasilkan oleh asam nitrat pekat hydrogen
peroksida, asam klorida pekat dengan kalium klorat, air raja, kalium
permanganate, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat dalam larutan asam:
2.
ALUMUNIUM, Al (ar : 26,98).
Alumunium
adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa; bubuknya berwarna abu-abu. Ia
melebur pada 6590. Bila terkena udara , objek-objek alumunium
teroksidasi pada permukaan tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari
oksida lebih lanjut. Asal klorida encer dengan mudah melanjutkan logam ini,
pelarutan lebih dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer:
2Al + 6H+ 2Al3+
+ 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan
menambahkan sedikit merkurium(II) klorida pada campuran. Asam klorida pekat
juga melarutkanb alumunium:
2Al + 6HCl 2Al3+
+ 3H2 + 6Cl-
Asam
sulfat pekat melarutkan alumunium dengan membebaskan belerang dioksida:
2Al + 6H2SO4 2Al3+
+ 3SO4 +
3SO2 +H2O
Asam
nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Denag hidroksida hidroksida alkali,
terbentuk larutan terahidroksoaluminat :
2Al
+ 2OH- + 6H2O 2[Al(OH04]- +
3H2
Alumunium adalah tervalen dalam
senyawa-senyawanya. Ion-ion alumunium(Al3+) membentuk garam-garam yang tidak
berwarna dengan anion-anionyang tak berwarna. Halida, nitrat, dan sulfanya
larut dalam air; larutan ini memperlihatkan reaksi asam karena hidrolisis.
Alumunium sulfide dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam lauran air
ia terhidrolisasi dari mentuk alumunium hidroksida, Al(OH)3. Alumunium sulfat membentuk garam-garam
rengkap dengan sulfat dari kation-kation monovalen dengan bentuk-bentuk Kristal
yang menarik, yang disebut tawas (alum,aluin).
Reaksi-reaksi
ion alumunium (III) pakailah larutan
0,33M alumunium klorida AlCl3, atau larutan 0,166M alumunium sulfat, Al2(SO4)3,
16H2O, atau tawas kalium, K2SO4.Al2(SO4)3. 24H2O, untuk mempelajari
reaksi-reaksi ini.
1.
Larutan
ammonium: endapan putih seperti gelatin, yaitu alumunium hidroksida Al(OH)3,
yang larut sedikit dalam reagensie berlebihan. Kelarutan berkurang denganadanya
garam-garam ammonium, disebabkan oleh efek ion sekutu (Bagian 1,27). Sebagian
kecil endapan masuk kedalam larutan sebagai alumunium hidroksida koloid (sol
alumunium hidroksida): sol ini berkoagulasi pada pendidihan ataun pada
penambahan garam-garam yang larut (misalnya: ammonium klorida), dengan
menghasilkan endapan alumunium hidroksida, yang dikenal sebagi gel alumunium
hidroksida. Untuk menjamin pengendapan yang sempurna dengan larutan ammonia.
Larutan alumunimu itu ditambahkan dengan sedikit berlebihan, dan campuran
dididihkan sampai cairan sedikit berbau ammonia. Bila baru diendapkan ia mudah
melarut dalam asam kuat dan basa kuat, tetapi setelah dididihkan ia menjadi
sangat sedikit larut:
Al3+ +
3NH3 + 3H2O Al(OH)3 + 3N
2.
Larutan
natrium hidroksida endapan putih alumunium hidroksida:
Al3+ +
3OH- Al(OH)3
Endapan
melarut dalam reagensia berlebihan, pada mana ion-ion tetrahidroksoaluminat
terbentuk:
Al(OH)3
+ OH- [Al(OH)4]
Reaksi inim adalah reaksi reversible (
bandingkan dengan Bagian .I, 28), dan setiap reagensia yang akan mengurangi
konsentrasi ion-hidroksil dengan cukup, akan menyebabkan reaksi berjalan dari
kanak ke kiri, dengan akibat mengendapnya aluminium hidroksida. Ini dapat
dihasilkan dengan larutan ammonium klorida(konsentrasi ion-hidroksil berkurang
karena terbentuknya basa lemah ammonia, yang mudah dikeluarkan sebagai gas
ammonia dengan pemasan) atau dengan penambahansuatu asam; dalam hal yang
terakhir ini, asam yang sangat berlebihan menyebabkan hidroksida yang
diendapkan meralut lagi.
3.
Larutan
ammonium sulfoda: endapan putih dari alumunium hidroksida:
2Al3+
+ 3S2- + 6H2O 2Al(OH)3 +
3H2S
Ciri-ciri khas endapan adalah sama
seperti yang disebut dalam reaksi 2.
4.
Larutan
natrium asetat: tak diperoleh endapan dalam larutan netral, dingin, tetapi
deemhgan mendidihkan dengsn reagensia berlebihan, terbentuk endapan bervolume
besar alumunium asetat basa Al(OH)2CH3COO:
5.
Larutan
natrium fosfat: endapan putih alumunium fosfat yang seperti gelatin
Reaksi
ini revensibel; asam-asam kuat melarutkan endapan. Tetapi endapan tak larut
dalam asam asetat (perbedaan dari fosfat-fosfat alkali tanah, yang larut). Endapan
dapat juga dilarutkan dalam natrium hidroksida:
6.
Larutan
natrium karbonat: endapan putih alumunium hidroksida, karet nat6rium karbonat
menetralkan asam yang dibebaskan pada hidrolisis alumunium, ketika mana
terbentuk gas karbon dioksida:
Endapan melarut dalam reagensia
berlebihan:
7.
Reagensia
‘aluminon’ (larutan garam ammonium dari asam aurintrikarboksilat)
Zat
pewarna ini diadsorbsi oleh alumunium hidroksida, menmghasilkan suatu kompleks
adsorpsi atau bubuk pewarna merah terang. Uji ini dipakai terhadap endapan
alumunium hidroksida yang diperoleh dalam pengerjaan analisis secara biasa,
karena unsur-unsur lain tertentu, mengganggu. Larutkan endapan alumunium
hidroksida dalam 2 ml asam klorida 2M, tambahkan 1 ml larutan ammonium asetat
10m dan 2 ml larutan air reagensia 0,1 persen, kocojk, diamkan selama 5 menit,
dan tambahkan larutan ammonium karbonat amoniakal berlebihan untuk
menghilangkan zat pewarna yang berlebihan untuk menghilangkan zat pewarna yang
berlebihan dan bubuk pewarna yang disebabkan oleh runutan kromium(III)
hidroksida dan silica. Diperolah endapan (ataupun pewarnaan) yang merah-terang,
yang tetap bertahan dalam larutan basa itu.
8.
Reagensia
alizarin
Endapan
merah dengan alumunium hidroksida.
Rendam beberapa kertassaring
kuantitatif(atau kertas reaksi-tetes) dalam larutan jenuh alizarin dalam
alcohol dan keringkan. Tanah setetes larutan uji yang asam diatas kertas, dan
pegang
3.
KROMIUM
Kromium
adalah logam kristalin yang putih , tak begitu liat dan tak dapat di tempa
dengan berarti. Ia melebur pada 17665’C. logam ini larut dalam asam klorida
encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium
(II) :
Cr + 2H+
® Cr2+
+ H2
Cr + 2HCl ® Cr2+ + 2Cl- + H2
Dengan adanya
oksigen dari atmosfer, kromium, sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke
keadaan tervalen :
4Cr2+
+ O2+ 4H+ ® 4Cr3+
+ 2H2O
Asam sulfat encer menyerang kromium
perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen. Dalam asam sulfat pekat panas,
kromium melarut dengan mudah , pada mana ion-ion kromium (III) dan belerang
dioksida terbentuk :
2Cr + 6 H2SO4 ®
2Cr3+ +3 SO42- + 3SO2 +
6 H2O
Asam nitrat, baik yang encer maupun yang
pekat, membuat kromium menjadi pasif, begitu pula asam sulfat pekat dingin dan air
raja .
Dalam larutan-larutan air, kromium
membentuk tiga jenis ion : kation-kation
kromium (II) dan kation kromium (III) dan anion kromat ( dan dikromat) dalam
mana keadaan oksidasi kromium adalah +6.
Ion kromium (II) ( atau kromo, Cr2 ) di turunkan dari kromium (II) oksida
CrO. Ion ini membentuk larutan berwarna biru. Ion kromium (II) agak tidak
stabil, karena merupakan zat pereduksi yang kuat ¾ ion ini bahkan menguraikan air
perlahan-lahan dengan membentuk hydrogen. Oksigen dari atmosfer dengan mudah
mengoksidasikannya menjadi ion kromium (III). Karena ion
ini jarang di temui dalam analisis kualitatif anorganik , kita tidak akan
membahasnya disini.
Ion kromium (III)
atau ( kromi Cr3+) adalah
stabil, dan di turunkan dikromium dioksida ( atau kromium trioksida ), Cr2O3
. dalam larutan, ion-ion ini
berwarna hijau atau lembayung. Dalam larutan hijau, terdapat kompleks
pentakuomonoklorokromat (III) [ Cr (H2O)5Cl ]2+ atau tetrakuodiklorokromat
[Cr(H2O)4Cl2]+ ( klorida boleh di ganti dengan anion
monovolen lainnya ) , sedangkan dalam larutan lembayung terdapat ion
heksakuokromat (III)
[ Cr(H2O)6]3+ . kromium
(III) sulfida, seperti alumunium sulfida, hanya dapat dibuat dalam keadaan
kering; dengan air ia sangat mudah terhidrolisis dengan membentuk kromium (III)
hidroksida dan hidrogen sulfida.
Dalam kromat,
CrO42-, atau dikromat Cr2O72-
, anion kromium adalah heksavalen, dengan keadaan oksidasi +6. ion-ion ini di
turunkan dari kromium trioksida, CrO3 . ion-ion kromat berwarna
kuning, sedangkan dikromat berwarna jingga. Kromat mudah di ubah menjadi
dikromat dengan penambahan asam :
2CrO42-
+ 2H+ Û Cr2O72-
+ H2O
4.
K0BALT., Co ( Ar : 58, 93 ).
Kobalt
adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat secara magnetis. Ia
melebur pada 1490 ° C.
logam ini mudah melarut dalam asam-asam mineral encer :
Co + 2H+ ® Co2+
+ H2
Pelarut dalam asam nitrat di sertai dengan
pembentukan nitrogen oksida
3 Co + 2HNO3 + 6H+ ® 3
Co2+ + 2NO + 4H2O
Dalam larutan air, kobalt secara normal
terdapat sebagai ion kobalt (II) Co2+ ;
Kadang-kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks, di jumpai
ion kobalt (III), Co3+ . kedua ion ini masing-masing di turunkan Co2O3
. oksida kobalt (II) – kobalt (III), Co3O4 , juga
diketahui.
Reaksi-reaksi ion kobalt(II).
Reaksi ion
kobalt (II) dapat di pelajari dengan larutan kobalt (II) klorida, CoCl2,
6H2O, 0,5M atau kobalt (II) nitrat Co (NO3)2.
6 H2O, 0,5M.
1.
larutan
natrium hyroksida. Dalam keadaan dingin, mengendap suatu garam basa berwarna
biru.
Co2+ + OH- +
NO3- ® Co(OH)NO 3¯
2.
larutan
ammonia : jika tak terdapat garam-garam ammonium, sedikit ammonia akan
mengendapkan garam basa seperti dalam reaksi 1 :
Co2+ + NH3 + H2O + NO3-
® Co (OH)NO3 ¯+NH4+
3.
lautan
ammonium sulfide : endapan hitam kobalt (II) sulfida dari larutan netral atu
basa :
Co2+ + S2- ®
CoS ¯
Endapan
tak larut dalam asam kolrid encer atau asam asetat ( meskipun tak akan terjadi
pengendapan dari larutan-larutan demikian ). Asam nitrat pekat,panas, atau air
raja, melarutkan endapan, sementara belerang putih tetap tertinggal :
3CoS ¯ + 2HNO3 + 6H+ ® 3Co2+ + 3S ¯ +2NO + 4H2O
3CoS ¯ + 2HNO3 + 6H+ ® 3Co2+ + 3S ¯ +2NO + 4H2O
CoS ¯
HNO3 + 3HCl ® Co2+ + S¯ +
NOCl + 2Cl- + 2H2O
Pada pemanasan lebih lama, campuran
menjadi jernih karena belerang teroksidasi menjadi sulfat :
S¯ + 2HNO3 ® SO42- + 2H+ + 2NO
S¯ + 2HNO3 ® SO42- + 2H+ + 2NO
S¯ +
3HNO3 + 9HCl ® SO42-
+ 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2C
4.
larutan kalium sianida (RACUN) : endapan coklat-kemerahan
kobalt:
Co2+ + 2CN- ®
Co(CN)2 ¯
5.
Larutan kalium nitrit : endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat (III)
K3[Co(NO2)6].
3H2O :
Co2+ + 7NO2-
+ 2H+ + 3K+ ® K3 [Co(NO2)6]
¯ NO + H2O
Reaksi ini berlkangsung dalam dua
tahao, mula-mula, nitrit mengoksidasi kan kobalt (II) menjadi kobalt (III) :
Co2+ + NO2-
+ 2H+ + 3K+ ® Co3+
+ NO +H2O
Lalu ion kobalt (III) bereaksi
dengan ion nitrit dan kalium :
Co3+ + 6NO2- + 3K+ ® K3
[Co(NO2)6]
6.
uji
ammonium tiosianat ( reaksi vogel) : dengan menambahkan beberapa butir kristal
ammonium tiosianat kepada larutan kobalt (II) yang netral atau asam, muncul
warna biru karena terbentuk ion tetratiosianatokobaltat(II):
Co2+ + 4SCN-
® [Co(SCN)4]2-
7.
reagensia
a-nitroso-b-naftol.
Endapan kemerahan kobalt
(III)-nitroso-b-naftol Co(C10H6N)3(kompleks
sepit(chelat)) yang sedikit murni, dalam larutan-larutan yang di asamkan dengan
asam klorida encer atau asam asetat encer: endapan dapat di ekstraksi dengan
karbon tetraklorida, yang akan menghasilkan larutan berwarna merah anggur.
8.
Reagensia
natrium 1-nitroso-2-hidroksinaftalena-3:6-disulfonat.
Pewarnaan merah tua. Uji ini bisa di
pakai meski terdapat nikel; timah dan besi mengganggu dan harus di hilangkan;
pewarnaan yang di hasilkan oleh besi dapat di cegah dengan menambahkan suatu
fluoride alkali.
9.
Reagensia asam rubeanat ( atau ditio-oksamida)
Endapan coklat-kekuningan. Pada kondisi-kpondisi yang
serupa, garam-garam nikel dan tembaga masing-masing memberi endapan biru dan
hitam. Garam-garam ammonium dalam jumlah banyak akan mengurangi kepekaan.
5. NIKEL,NI
(Ar: 58, 71).
Nikel adalah logam putih perak yang keras.
Nikel bersifat liat, dapat di tempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada
1455°C, dan bersifat sedikit magnetis.
Asam klorida (baik encer maupun pekat)
dan asam sulfat encer, melarutkan nikel dengan membentuk hydrogen:
Ni + 2H+ ® Ni2+ + H2
Ni + 2HCl ® Ni2+
+ 2Cl- +H2
melarutkan nikel dengan
membentuk belerang di oksida :
Ni+ H2SO4 + 2H+ ® Ni2+ + SO2 2H2O
Ni+ H2SO4 + 2H+ ® Ni2+ + SO2 2H2O
Asam nitrat encer dan pekat melarutkan
nikel dengan mudah dalam keadaan dingin :
3Ni + 2HNO3 + 6H+
® 3Ni2+ + SO2 +
2H2O
Garam-garam
nikel (II) yang stabil, di turunkan dari nikel (II) oksida, NiO, yang merupakan zat berwarna hijau.
Garam-garam nikel yang terlarut, berwarna hijau, di sebabkan oleh warna dari
kompleks heksakuonikelat (II), [Ni(H2O)6]2+ ;
tetapi untuk singkatnya, kita akan menggapnya sebagai ion nikel (II) Ni2+ saja. Nikel (II) oksida, Ni2O
3 , yang hitam kecoklatan juga ada tapi zat ini
melarut dalam asam dengan membentuk ion nikel (II). Dengan asam klorida encer
reaksi ini menghasilkan gas klorida :
Ni2O3 + 6H+ + 2C1- ®2Ni2
+ C12 + 3H2O
Reaksi-reaksi ion nikel(II) Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan nikel sulfat,
NiSO4.7H2O atau
nikel klorida NiCl2.6H2O, 0,5M
1. Larutan
natrium hidroksida: endapan hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2OH- ®
Ni(OH)2 ¯
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Tak terjadi
endapan jika ada serta tartrat atu sitrat, karena terbentuk kompleks. Amonia
melarutkan endapan; dengan adanya alkali hidroksida berlebihan, garam-garam
amonium akan juga melarutkan endapan:
Ni(OH)2 ¯ +
6NH3 ®
[Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
Ni(OH)2
¯ +
6NH4+ + 4OH-
®
[Ni(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion heksaaminanikelat(II) ini
berwarna biru tua; ion ini dapat dengan mudah disalah sangka sebagai ion
tembaga(II) yang membentuk ion tetraaminakuprat(II) biru dalam suatu reaksi
yang analog.
Larutan tak teroksidasi pada pendidihan yang
terbuka terhadap udara, atau pada penambahan hidrogen peroksida ( perbedaan
dari kobalt).
Endapan nikel(II) hidroksida yang hijau,
dapat dioksidasikan menjadi nikel(III) hidroksida hitam dengan larutan natrium
hipoklorit:
2Ni(OH)2 + ClO-
+ H2O ®
2Ni(OH)3 ¯ +
Cl-
Namun larutan hidrogen peroksida tidak
mengoksidasikan nikel(II) hidroksida, tetapi endapan itu mengkatalisis penguraian
hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air
Larutan amoniak: endapan hijau nikel(II)
hidroksida:
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O ® Ni(OH)2
¯ + 2NH4+
Yang larut dalam reagensia berlebihan:
Ni(OH)2 ¯ + 6NH3 ®
[Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
Larutan berubaha
menjadi biru tua. Jika
ada garam amonium, tak terjadi pengendapan, tetapi kompleks tersebutlangsung
terbentuk dengan segera.
Larutan amonium sulfida: endapan hitam nikel
hitam sulfide dari larutan netral atau sedikit basa:
Ni2+ + S2- ® NiS
¯
Nikel sulfide praktis tak larut dalam asam
klorida endapan dingin (perbedaan dari sulfida-sulfida mangan dan zink) dan
dalam asam asetat, tetapi larut dalam asam nitrat pekat panas dan dalam air
raja disertai pemisahan belerang:
3NiS ¯ + 2HNO3 + 6H+ ®
3Ni2+ + 2NO + 3S ¯ +
4H2O
NiS ¯ +
HNO3 + 3HCl ® Ni2+ + S ¯ +
NOCl + 2Cl- + 2H2O
Dengan dipanaskan lebih lama, belerang
melarut dan larrutan menjadi jenuh:
S ¯ +
2HNO3 ® SO42- +
2H+ + NO
S ¯ + 3HNO3 + 9HCl ® SO42- +
6HCl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
Hydrogen sulfide ( gas ataw larutan air
jenuh): hanya sebagian dari nikel mengendap perlahan-lahan sebagai nikel
sulfide dari larutan netral; tak terjadi endapan dari larutan yang mengandung
asam mineral atau banyak asam asetat. Namun, pengendapan sempurna terjadi dari
larutan yang dijadikan basa dengan larutan ammonia, atau dari larutan yang
mengandung asetat alkali yang berlebihan yang sedikit diasamkan dengan asam
asetat.
Larutan kalium sianida (racun): endapan hijau
nikel(II) sianida
Ni2+ + 2CN- ® Ni(CN2) ¯
Larutan
kalium nitrit: tak dihasilkan endapan dengan adanya asam asetat (perbedaan dari
kobalt).
Reagensia µ-Nitroso-b-naftol:
endapan coklat dengan komposisi Ni(C10H6O2N)2,
yang larut dalam asam klorida ( perbedaan dari kobalt, yang menghasilkan
endapan coklat-kemerahan, yang tak larut dalam asam klorida encer).
Reagensia
dimetilglioksima (C4H8O2N2) :
endapan merah nikel dimetilglioksima dari larutan yang tepat basa dengan
amonia, atau larutan asam yang dibufferkan dengan natrium asetat:
Reagensia dibuat dengan melarutkan 1g
dimetilglioksima dalam 100ml etanol.
Teknik uji bercaknya adalah sebagai berikut,
taruh setetes larutan uji di atas kertas reaksi-tetes, tambahkan setets
reagensia dan pegang diatas uap amonia.
Kepekaan:
0,16mg
Ni. Batas konsentrasi: 1 dalam 300.000.
Mendeteksi runutan nikel dalam
garam-garam kobalt. Larutan yang mengandung kobalt dan nikel itu diolah dengan
larutan kalium sianida berlebihan, diikutin oleh hydrogen peroksida 30 persen,
pada mana terbentuk sianida komplek masing-masing, yaitu
[Ni(CN)4]2- + 2HCHO
® Ni(CN)2 ¯ + 2CH2(CN)O-
Ni(CN)2 ¯ +
2C4H8O2N2 ®
Ni(C4H7O2N2)3 ¯ +
2HCN
Reagensia µ-furil-dioksima: endapan merah
dalam larutan yang sedikit amoniakal.
Reagensia asam rubeanat (CS.NH2)2:
endapan atau pewarna biru sampai lembayung dalam rarutan amoniakal.garam_garam
tembaga dalam kobalt, maupun besi, mengganggu reaksi dan tak boleh ada.
Uji kering.
Uji pipa-tiup, semua senyawa nkel, bila
dipanaskan dengan natrium karbonat diatas arang, menghasilkan serpih_serpih
logam nikel berwarna abu-abuyang sedikit magnetis.
Uji manik boraks. Manik berwarna coklat
dalam nyala oksidasi, karena pembentukan nikel metaborat atau kompleks
metaborat, dan berwarna abu-abu dalam nyala reduksi, yang disebabkan oleh logam
nikel.
6.
ZINK, Zn.
Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam
ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-150°C. Zink melebur pada 410°C
dan mendidih pada 906°C.
Zink-zink komersial dapat mudah
larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan
hydrogen:
Zn + 2H+ ® Zn2+
+ H2
Pelarut
akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali, pada mana tak ada gas yang
dilepaskan:
4Zn + 10H+ + NO3-
® 4Zn2+ + NH4+
+ 3h2O
Dengan bertambah pekatnya
konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen oksida ( N2O),
nitrogen oksida (NO):
4Zn + 10H+ + 2NO3-
® 4Zn2+ + N2O +
5H2O
3Zn + 8HNO3 ®
3Zn2+ + 2NO + 6NO3- +
4H2O
Asam nitrat pekat mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap zink, karena rendahnya kelarutan zink nitrat dalam
suasana demikian. Dengan asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang
dioksida:
Zn + 2H2SO4 ® Zn2+
+ SO2 + SO42- +
2H2O
Zink juga larut dalam hidroksida
alkali, pada mana terbentuk tetrahidroksoziinkat(II):
Zn + 2OH- + 2H2O
® [Zn(OH)4]2- + H2
Zink membentuk hanya satu seri
garam: garam-garam ini mengandung kation zink(II), yang diturunkan dari zink
oksida, ZnO.
Reaksi-reaksi
dari ion zink:
Larutan natrium hidroksida: endapan seperti
gelatin yang putih, yaitu zink zink hidroksida:
Zn2+ + 2OH- D
Zn(OH)2 ¯
Endapan larut dalam asam:
Zn(OH)2 ¯ +
2H+ D Zn2+ + 2H2O
Dan juga dalam reagensia yang
berlebihan:
Zn(OH)2 ¯ +
2OH- D [Zn(OH)4]2-
Jadi, zink hidroksida adalah
senyawa yang bersifat amfoter.
Larutan ammonia: endapan zink
putih hidroksida, yang mudah larut dalam reagensia berlebihan dan dalam larutan
garam ammonium, karna menghasilkan tetraaminazinkat(II).
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O
D Zn(OH)2 ¯ +
2NH4+
Zn(OH)2 ¯ +
4NH3 D [Zn(NH3)4]2+ + 2Oh-
Larutan ammonium sulfida:endapan
putih zink sulfide, ZnS, dari larutan netral atau basa; endapan tak larut dalam
larutan reagensia berlebihan, dalam asam asetat dan dalam larutan alkali,
tetapi larutdalam asam-asam mineral encer.
Zn2+ + S2- ®
ZnS ¯
Hydrogen sulfide: pengendapan
parsial zink sulfida dalam larutan netral;
Zn2+ + H2S D ZnS ¯ +
2H+
Dengan
menambahkan asetat alkali kepada larutan, konsentrasi ion-hidrogen akan
berkuran. Berkurangnya konsentrasi ion-hidrogen mengakibatkan konsentrasi ion
sulfida bertambah sehingga pengendapan menjadi hampir sempurna
Zn2+ + H2S + 2CH3COO- ®
ZnS ¯ +2CH3COOH
Zink sulfide juga diendapkan
dari larutan-larutan tetrahidroksozinkat yang basa:
[Zn(OH)4]2- + H2S
® ZnS ¯ + 2OH- + 2H2O
Larutan dinatrium hydrogen
fosfat: endapan putih zink fosfat:
3Zn2+ + 2HPO42-
D Zn3(PO4)2
¯ + 2H+
Jika ada serta ion ammonium,
terbentuk zink ammonium fosfat:
Zn2+ + NH4+
+ HPO42- D Zn(NH4)PO4 ¯ + H+
Kedua endapan larut dalam asam
encer, pada mana reaksi berjalan kearah kebalikannya. Kedua endapan larut pula
dalam ammonia:
Zn3(PO4)2 +
12NH3 ® 3[Zn(NH3)4]2+
+ 2PO3-
Zn(NH4)PO4 + 3NH3 ® [Zn(NH3)4]2+
+ HPO42-
Larutan kalium
heksasianoferat(II): endapan putih dengan komposisi yang berbeda-beda; jika
reagensia ditambahkan dengan sedikit berlebihan, komposisi endapan adalah K2Zn3[Fe(CN)6]2:
3Zn2+ + 2K+ +
2[Fe(CN)6]4- ® K2Zn3[Fe(CN)6]2
Endapan tak larut dalam asam
encer, tetapi larut dengan mudah dalam natrium hidroksida:
K2Zn3[Fe(CN)6]2
+ 12OH- ® 2[Fe(CN)6]4- +
3[Zn(NH3)4]2- + 2K+
Reagensia asam kuinaldat (asam kuinolina-µ-karboksilat, C9H6N.CO2H).
dengan menambahkan beberapa tetes reagensia kepada larutan garam zink yang
sedikit diasamkandengan asam asetat, kita memperoleh endapan putih kompleks
zink Zn(C10H6NO2)2.H2O.
Uji ammonium
tetratiosianatomerkurat(II)-tembaga sulfat. Larutan yang bersuasana asam lemah
(asam sulfat atau asam asetat).
Zn2+ + [Hg(SCN)4]2-
= Zn[Hg(SCN)4]
Batas konsentrasi: 1 dalam
10.000
Uji ammonium
tetratiosianatomerkurat(II)-kobalt sulfat: kopresipitasi dari kobalt
tetratiosianatomerkurat(II) menghasilkanendapan biru yang terdiri dari
kristal-campuran Zn[Hg(SCN)4] + Co[Hg(SCN)4].
Kepekaan:0,2-0,5mg Zn. Batas konsentrasi: 1 dalam 100.000
Ø
PROSEDUR
3.
Identifikasi kation golongan III: Fe2+ ,Fe3+ Al3+ ,Zn2+
,Co2+ ,Ni2+
Sampel:FeSO4
,FeCl3 ,Al2(SO4)3 ,ZnCl2 ,Co(No3)2 ,NiSO4
a.
Prosdur
1
-
Di
sediakan 6 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 2, 10 tetes larutan Al2(SO4)3
ke dalam tabug reaksi 3, 10 tetes larutan ZnCl2 ke dalam tabung
reaksi 4, 10 tetes larutan Co(NO3)2 ke dalam tabung reaksi 5, 10 tetes larutan
NiSO4 ke dalam tabung reaksi
6.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan NaOH dan amati
perubahan yang terjadi.
b.
Prosedur
2
-
Di
sediakan 6 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 2, 10 tetes larutan Al2(SO4)3
ke dalam tabug reaksi 3, 10 tetes larutan ZnCl2 ke dalam tabung
reaksi 4, 10 tetes larutan Co(NO3)2 ke dalam tabung reaksi 5, 10 tetes larutan
NiSO4 ke dalam tabung reaksi
6.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan NH4OH dan
amati perubahan yang terjadi.
c.
Prosedur
3
-
Di
sediakan 3 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 2, 10 tetes larutan ZnCl2
ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan K4[Fe(CN)6]
dan amati perubahan yang terjadi.
d.
Prosedur
4
-
Di
sediakan 3 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 2, 10 tetes larutan ZnCl2
ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan K3[Fe(CN)6]
dan amati perubahan yang terjadi.
e.
Prosedur
5
-
Di
sediakan 3 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan Al2(SO4)3 ke dalam tabung reaksi 2, 10
tetes larutan ZnCl2 ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung reaksi di tambahkan 5 tetes larutan Na2HPO4
dan amati perubahan yang terjadi.
f.
Prosedur
6
-
Di
sediakan 3 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 2, 10 tetes larutan Co(NO3)2
ke dalam tabung reaksi 3.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan NH4SCN dan
amati perubahan yang terjadi.
g.
Prosedur
7
-
Di
sediakan 2 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan NiSO4 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan FeSO4 ke dalam tabung reaksi 2.
-
Ke
dalam masing-masing tabung tabung di tambahkan 5 tetes larutan dimetilglioksin
(DMG) dan amati perubahan yang terjadi.
h.
Prosedur
8
-
Di
sediakan 2 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan FeCl3 ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes
larutan Al2(SO4)3 ke dalam tabung reaksi 2.
-
Ke
dalam masing-masing tabung di tambahkan 5 tetes larutan Na-asetat dan amati
perubahan yang terjadi.
i.
Prosedur
9
-
Di
sediakan 1 buah tabung reaksi.
-
Di
masukan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 ke dalam
tabung reaksi tersebut.
-
Ke
dalam masing-masing di tambahkan 5 tetes larutan Na2CO3
dan amati perubahan yang terjadi.
Ø
PENGAMATAN
Identifikasi kation golongan III : Fe+, Fe3+, Al3+,
Zn2+, CO2+, Ni2+
Sampel : FeSO4, FECL3,
Al2(SO4)3, ZnCl2, CO(NO3)2,dan NiSO
Prosedur 1
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeSO4
|
NaOH
|
Menghasilkan larutan berwarna kuning
|
2
|
FeCL3
|
NaOH
|
Menghasilkan endapan bewarna orens
|
3
|
Al2(SO4)3
|
NaOH
|
Menghasilkan endapan berwarna putih
|
4
|
ZnCl2
|
NaOH
|
Menghasilkan endapan berwarna kuning
|
5
|
CO(NH3)2
|
NaOH
|
Menghasilkan endapan berwarna biru
|
6
|
NiSO4
|
NaOH
|
Menghasilkan endapan berwarna hijau muda
|
Prosedur
2
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeSO4
|
NH4OH
|
Menghasilkan larutan bening
|
2
|
FeCL3
|
NH4OH
|
Menghasilkan endapan berwarna kuning
|
3
|
Al2(SO4)3
|
NH4OH
|
Menghasilkan larutan berwarna putih
|
4
|
ZnCl2
|
NH4OH
|
Menghasilkan endapan berwarna putih
|
5
|
CO(NH3)2
|
NH4OH
|
Menghasilkan endapan berwarna biru
|
6
|
NiSO4
|
NH4OH
|
Menghasilkan endapan berwarna hijau
|
-
-
Prosedur
3
No
|
Kation
|
Preaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeSO4
|
K4[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna biru prusia
|
2
|
FeCl3
|
K4[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna biru prusia
|
3
|
ZnCl2
|
K4[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna kuning
|
-
Prosedur
4
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeSO4
|
K3[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna biru prusia
|
2
|
FeCl3
|
K3[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna hijau tua
|
3
|
ZnCl2
|
K3[Fe(CN)6]
|
Menghasilkan endapan berwarna hijau
|
-
-
Prosedur
5
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeCl3
|
Na2HPO3
|
Tidak mengalami perubahan
|
2
|
Al(SO4)3
|
Na2HPO3
|
Menghasilkan endapan berwarna
putih
|
3
|
ZnCl2
|
Na2HPO3
|
Menghasilkan endapan berwarna
putih
|
-
-
Prosedur
6
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeSO4
|
NH4SCN
|
Menghasilkan endapan berwarna merah
|
2
|
FeCl3
|
NH4SCN
|
Menghasilkan endapan berwarna coklat
|
3
|
CO(NO3)2
|
NH4SCN
|
Tidak mengalami perubahan
|
-
-
Prosedur
7
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
NiSO4
|
DMG
|
Menghasilkan endapan berwarna pink
|
2
|
FeSO4
|
DMG
|
Menghasilkan larutan berwarna kuning
|
-
-
Prosedur
8
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
FeCl3
|
Na Asetat
|
Menghasilkan endapan berwarna coklat
|
2
|
Al2(SO4)3
|
Na Asetat
|
Menghasilkan endapan berwarna putih
|
-
-
Prosedur
9
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
Al2(SO4)3
|
Na2CO3
|
Menghasilkan endapan berwarna putih
|
Ø
PEMBAHASAN
.
Larutan FeSO4+NaOH
menghasilkan larutan warna kuning..
reaksi: Fe 2+ SO4 2- . Na+ OH- MENGHASILKAN Fe(OH)2
Fe(OH)2 adalah larutan kuning
reaksi: Fe 2+ SO4 2- . Na+ OH- MENGHASILKAN Fe(OH)2
Fe(OH)2 adalah larutan kuning
.Larutan
Fecl3+NaOH menghasilkan larutan warna kuning.
Reaksi:Fe3+ cl3- .Na+
OH- MENGHASILKAN Fe(OH)3
Fe(OH)3
adalah larutan kuning
.Larutan Al2(SO4)3+NaOH
menghasilkan endapan putih
reaksi :Al23+ 3(SO4)3- Na+ OH- MENGHASILKAN Al2(OH)3
Al2(OH)3 adalah endapan putih
reaksi :Al23+ 3(SO4)3- Na+ OH- MENGHASILKAN Al2(OH)3
Al2(OH)3 adalah endapan putih
.Larutan
ZnCl + NaOH menghasilkan endapan putih
Reaksi:Zn2+ Cl2-
Na+ OH-MENGHASILKAN
Z n2(OH)2
ZN2(OH)2
adalah endapan putih
.Larutan
Co(NO)3+NaOH menghasilkan larutan warna biru
Reaksi: Co2+2(No3)2-
+NaOH MENGHASILKANCo2(No)2
Co2(No)2 adalah larutan biru
Co2(No)2 adalah larutan biru
.Larutan
NiSO4+NaOH menghasilkan hijau muda
Reaksi:Ni2+ SO42- Na+OH-
MENGHASILKAN Ni2(OH)2
Ni2(OH)2
adalah larutan hijau muda
.Larutan
FeSO4+NH4OH menghasilkan larutan kuning
reaksi:Fe2+ SO2- NH4+OH- MENGHASILKAN Fe(OH)2
Fe(OH)2 adalah larutan kuning
reaksi:Fe2+ SO2- NH4+OH- MENGHASILKAN Fe(OH)2
Fe(OH)2 adalah larutan kuning
.Larutan
FeCl3+NH4OH menghasilkan
endapan orange
reaksi:Fe3+ Cl3- MENGHASILKAN Fe(OH)3
Fe(OH)3 adalah endapan orange
reaksi:Fe3+ Cl3- MENGHASILKAN Fe(OH)3
Fe(OH)3 adalah endapan orange
.LarutanAl2(SO)4+NH4OH
menghailkan endapan puutih
reaksi:Al3+ 3(SO4) -NH4+ OH- MENGHASILKAN Al2(OH)3
Al2(OH)3 adalah endapan putih
reaksi:Al3+ 3(SO4) -NH4+ OH- MENGHASILKAN Al2(OH)3
Al2(OH)3 adalah endapan putih
.Larutan
ZnCl2+NH4OH menghasilkan endapan putih
reaksi:Zn2+ Cl2- NH4+ OH-MENGHASILKAN Zn2(OH)2
Zn2(OH)2 adalah endapan putih
reaksi:Zn2+ Cl2- NH4+ OH-MENGHASILKAN Zn2(OH)2
Zn2(OH)2 adalah endapan putih
.Larutan
Co(NO3)2+NH4OH menghasilkan larutan biru
reaksi:CO2+ 2(NO)3
- +NH4+OH- MENGHASILKAN CO2(OH)2
CO2(OH)2 adlah endapan putih
reaksi:CO2+ 2(NO)
CO2(OH)2 adlah endapan putih
.Larutan
NiSO4+NH4OH menghasilkan endapan hijau
reaksi:Ni2+ SO42- NH4+ OH- MENGHASILKAN Ni2(OH)2
Ni2(OH)2 adalah larutan hijau
reaksi:Ni2+ SO42- NH4+ OH- MENGHASILKAN Ni2(OH)2
Ni2(OH)2 adalah larutan hijau
.Larutan
FeSO4+K4[Fe(CN)6]menghasilkan larutan biru
prusia
reaksi: Fe2+ SO4- K4+ FeCN6- MENGHASILKAN Fe2 (CN)2
Fe2(CN)2adalah larutan biru prusia
reaksi: Fe2+ SO4- K4+ FeCN6- MENGHASILKAN Fe2 (CN)2
Fe2(CN)2adalah larutan biru prusia
.Larutan
FeCl3 +k4[Fe(CN)6)menghasilkan larutan biru
prusia
reaksi: Fe3+ Cl3- k4+ FeCN6- MENGHASILKAN Fe3(CN)3
Fe3(CN)3 adalah larutan biru prusia
reaksi: Fe3+ Cl3- k4+ FeCN6- MENGHASILKAN Fe3(CN)3
Fe3(CN)3 adalah larutan biru prusia
.Larutan
ZnCl2+K4[fe(CN)6] menghasilkan
endapan kuning
reaksi: Zn2+ Cl2-MENGHASILKAN Zn2(CN)2
Zn2(CN)2 adalah endaspan kuning
reaksi: Zn2+ Cl2-MENGHASILKAN Zn2(CN)2
Zn2(CN)2 adalah endaspan kuning
.Larutan
FeSO4 +K3[Fe(CN)6] menghasilkan endapan biru
pekat
reaksi:Fe2+ SO42- K3+ FeCN6-MENGHASILKAN Fe2(CN)2
Fe2(CN)2 adalah endapn biru pekat
reaksi:Fe2+ SO42- K3+ FeCN6-MENGHASILKAN Fe2(CN)2
Fe2(CN)2 adalah endapn biru pekat
.LarutanZnCl2+K3[Fe(CN)6]menghasilkan
hijau muda
reaksi:Zn2+ Cl2- k3+ FeCN6- MENGHASILKAN Zn2(CN)2
Zn2(CN)2 adalah larutan hijau muda
reaksi:Zn2+ Cl2- k3+ FeCN6- MENGHASILKAN Zn2(CN)2
Zn2(CN)2 adalah larutan hijau muda
.Larutan
FeCl3+Na2HpO4 menghasilkan larutan kuning
reaksi: Fe2+Cl2- Na2+ HpO4-MENGHASILKAN Fe(HpO4)2Fe(HpO4)2 adalah larutan kuning
reaksi: Fe2+Cl2- Na2+ HpO4-MENGHASILKAN Fe(HpO4)2Fe(HpO4)2 adalah larutan kuning
.Larutan
Al2(SO)4+Na2HpO4
menghasilkan putih keruh
reaksi:Al3+(SO4)3- Na2+ HpO4-MENGHASILKAN Al(HpO)3
Al(HpO4)3 adalah larutan putih keruh
reaksi:Al3+(SO4)3- Na2+ HpO4-MENGHASILKAN Al(HpO)3
Al(HpO4)3 adalah larutan putih keruh
.Larutan
znCl2 + Na2HpO4 menghasilkan endapan berwana putih
reaksi:Zn2+ Na+ HpO4- Na+ HpO4-MENGHASILKAN Zn2(HpO4)2
Zn2(HpO4)2 adalah endapan putih
reaksi:Zn2+ Na+ HpO4- Na+ HpO4-MENGHASILKAN Zn2(HpO4)2
Zn2(HpO4)2 adalah endapan putih
.Larutan
feSO4+NH4SCN menghasilkan warna merah ati
reaksi:Fe2+ SO4- NH4+ SCN-MENGHASILKAN Fe(SCN)2
Fe(SCN)2adalah larutan warna merah ati
reaksi:Fe2+ SO4- NH4+ SCN-MENGHASILKAN Fe(SCN)2
Fe(SCN)2adalah larutan warna merah ati
.Larutan
FeCl +NH4SCNmenghasilkan merah ati prusia
reaksi:Fe3+ Cl3- NH4+ SCN- MENGHASILKAN Fe(SCN)3
Fe(SCN)3 adalah larutan merah ati prusia
reaksi:Fe3+ Cl3- NH4+ SCN- MENGHASILKAN Fe(SCN)3
Fe(SCN)3 adalah larutan merah ati prusia
.larutanCo(No3)2
+NH4SCN menghasilkan larutan merah muda
reaksi:Co2+ 2(No)3- NH4+ SCN-MENGHASILKAN Co2(SCN)3
CO2(SCN)3 adalah larutan merah muda
reaksi:Co2+ 2(No)3- NH4+ SCN-MENGHASILKAN Co2(SCN)3
CO2(SCN)3 adalah larutan merah muda
.Larutan
NiSO4+DMG menghasilkan endapan merah muda
reaksi : Ni+ SO4- DMG
adalah larutan merah muda
reaksi : Ni+ SO4- DMG
adalah larutan merah muda
.Larutan
FeSO4+DMG tidak mengalami perubahan
.Larutan
FeCl3+Na-aseta menghasilkan larutan kuning
reaksi Fe3+ Cl- Na-asetat
reaksi Fe3+ Cl- Na-asetat
.Larutan
Al2(SO4)3+Na-asetat tidak mengalami perubahan
.Larutan
Al2(SO4)3+Na2CO3 menghasilkan
endapan putih
reaksi:Al2+ SO4- Na2+ Co3- MENGHASILKAN Al2(CO)3
reaksi:Al2+ SO4- Na2+ Co3- MENGHASILKAN Al2(CO)3
BAB IV
GOLONGAN
KATION KE EMPAT : BARIUM, STRONTIUM, DAN KALSIUM
Reagensia golongan : Larutan ammonium karbonat 1M. Reagensia
tidak berwarna, dan memperlihatkan reaksi basa karena hidrolisis : CO32-
+ H2O HCO-3
+ OH-
Reagensia terurai oleh asam-asam (bahkan oleh asam asetat),
pada nama terbentuk gas karbon dioksida : CO32- + 2CH3COOH CO2 + H2O + 2CH3COO-
Reagensia
harus dipakai dalam suasana netral atau sedikit basa. Ammonium karbonat
komersial selalu mengandung ammonium hydrogen karbonat (NH4HCO3)
dan ammonium karbonat NH4O(NH2)CO. Senyawa-senyawa ini
harus dihilangkan sebelum memulai dengan reaksi golongan, karena garam-garam
alkali tanah dari keduanya larut dalam air. Ini dapat dilakukan dengan
memdidihkan larutan reagensia sebentar, baik ammonium hydrogen karbonat maupun
ammonium karbonat, diubah menjadi ammonium karbonat dengan cara ini :
2HCO-3 CO2-3 + CO2 + H2O
-O
C = O + H2O
NH+4 + CO2-3
H2N
Reaksi golongan : kation-kation
golongan ke empat, tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogen sufida ataupun
ammonium sulfide, tetapi ammonium karbonat (jika ada ammonia atau ion ammonium
dalam jumlah yang sedang) membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus di
jalankan dalam larutan netral atau basa. Jika tidak ada ammonia atau ion
ammonium, magnesium juga akan mengendap. Endapan-endapan putih yang berbentuk
dengan reagensia golongan adalah : barium karbonat BaCO3, strontium
karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3.
Ketiga logam alkali tanah ini
menguraikan air dengan laju yang berbeda-beda, dengan membentuk hidroksida dan
gas hydrogen. Hidroksidanya merupakan basa kuat, meskipun dengan kelarutan yang
berbeda-beda : barium hidroksida adalah yang paling mudah larut, sedangkan
kalsium hidroksida yang paling sedikit larut diantara ketiga ini.
Klorida
dan nitrat dari alkali tanah sangat mudah larut : karbonat, sulfat, fosfat, dan
oksalatnya tidak larut. Sulfidanya dapat di buat hanya dalam keadaan kering;
semua sulfide terhidrolisis dalam air, membentuk hydrogen sulfide dan
hidroksida, misalnya :
2BaS + 2H2O
2Ba2+ + 2SH- + 2OH-
Garam-garamnya membentuk larutan
yang tidak berwarna, kecuali kalau anionnya berwarna. Karena alkali tanah bersifat
hampir serupa satu sama lain dalam larutan air, sukarlah bagi kita untuk
menggunakannya dan terutama untuk memisahkannya. Namun ada perbedaan-perbedaan
dalam kelarutan beberapa garam mereka dalam medium bukan-air. Begitulah, 100 g
etanol yang bebas-air, melarutkan 12,5 g kalium klorida, 0,91 g strontium
klorida, dan hanya 0,012 g barium klorida (semuanya merupakan garam tidak
berhidrat). Seratus gram campuran 1:1 dietil eter dan etanol bebas-air,
melarutkan lebih 40 g kalsium nitrat anhidrat, sedangkan kelarutan strontium
dan barium nitrat anhidrat dalam larutan ini boleh diabaikan.
Perbedaan-perbedaan ini bisa dipakai untuk pemisahan.
1.
BARIUM, Ba (Ar :137,34)
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat,
yang stabil dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dalam udara yang
lembab, membentuk oksida atau hidroksida. Barium melebur pada 710oC.
logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk barium hidroksida dan
hidrogen :
Ba +2H2O
Ba2+ + H2
+ 2OH-
Asam encer melarutkan barium
dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen :
Ba +2H+
Ba2+ +H2
Barium adalah bivalen dalam
garam-garamnya, membentuk kation barium (II), Ba2+. Klorida dan
nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau asam nitrat
pekat kepada larutan barium, barium klorida atau nitrat mungkin mengendap
sebagai akibat hokum kegiatan massa.
Reaksi-reaksi ion barium
pakailah larutan BaCL2.2H2O ATAU BARIUM NITRAT Ba(NO3)2,
0,25M untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
1.
Larutan
ammonia : tidak terjadi endapan barium hidroksida karena kelarutannya yang
relative tinggi. jika larutan yang basa itu terkena udara luar, sedikit karbon
dioksida akan terserap dan
terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat. Sedikit kekeruhan
mungkin terjadi ketika menambahkan reagensia; ini dalam reagensia yang telah
lama.
2.
Larutan
ammonium karbonat : endapan putih barium, yang larut dalam asam asetat dan
dalam asam mineral encer.
Ba2+ + CO2-3 BaCO3
Endapan larut sedikit dalam
larutan garam-garam ammonia dari asam-asam kuat; ini disebabkan karena ion
ammonium, sebagai suatu asam kuat, bereaksi dengan basa, yaitu ion karbonat, CO2-3,
dengan mengakibatkan terbentuknya ion hydrogen karbonat, HCO-3,
maka konsentrasi ion karbonat dari larutan menjadi berkurang.
NH+4 +CO2-3 NH3 + HCO-3
Atau
NH+4 + BaCO3 NH3 + HCO-3 +Na2+
Jika jumlah endapan barium karbonat sangat kecil, ia bisa
larut dengan baik dalam garam ammonium yang berkonsentrasi tinggi.
3.
Larutan
ammonium oksalat: endapan putih barium oksalat Ba(COO)2, yang hanya
sedikit larut dalam air (0,09 g per liter; Ks = 1,7 x 10-7),
tetapi dilarutan dengan mudah oleh asam asetat encer (perbedaan dari kalsium)
dan oleh asam mineral.
Ba2+ + (COO)2-2 Ba(COO)2
4.
Asam
sulfat encer: endapat putih barium sulfat BaSO4, yang berbutir
halus, berat, dan praktis tidak larut dalam air (2,5 mg l-1; Ks
= 9,2 x 10-11), hampir tidak
larut dalam asam encer dan dalam larutan ammonium sulfat, dan larut cukup baik
dalam asam sulfat pekat mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang
mendidih, atau lebih baik lagi dengan menambahkan pula ammonium asetat,
diperoleh bentuk yang lebih mudah disaring:
Ba2+ + SO2-4 BaSO4
BaSO4 +
H2SO4(pekat)
Ba2+ + 2HSO-4
Jika barium sulfat di didihkan dengan larutan natrium
karbonat pekat, terjadi transformasi parsial menjadi barium karbonat yang
kurang larut, menurut persamaan:
BaSO4 + CO2-3 BaCO3 + SO2-4
Karena reaksi ini reversible, transformasi ini tidak
sempurna. Jika campuran disaring dan dicuci (jadi menghilangkan natrium
sulfat), dan residu dididihkan dengan sejumlah larutan natrium karbonat yang
baru saja dibuat, lebih banyak lagi barium sulfat akan berubah menjadi karbonat
yang bersangkutan. Dengan mengulang-ulang proses ini, praktis semua sulfat
dapat diubah menjadi karbonat yang bersangkutan. Karbonat dapat dilarutkan
dalam asam, maka proses ini member suatu metode untuk membuat sulfat yang tidak
dapat larut, menjadi larut. Suatu metode yang lebih cepat untuk memperoleh
hasil yang sama, adalah dengan melebur barium sulfat itu dengan natrium
karbonat anhidrat seberat 4 sampai 6 kali berat barium sulfat itu; dengan
demikian diperoleh konsentrasi maksimum dari karbonat, dan reaksi berjalan
hampir selesai dalam satu kali pengerjaan. Leburan itu dibiarkan mendingin,
diekstraksi dengan air mendidih, dan disaring; lalu residu yang berupa barium
karbonat dapat dilarutkan dalam asam yang sesuai. Pernah ditanyakan, bahwa
dengan mendidihkan barium sulfat dengan larutan natrium karbonat yang 15 kali
berlebihan, dengan konsentrasi sedikitnya 1,5 mol l-1, 99 persen
diubah menjadi barium karbonat dalam waktu 1 jam. Barium sulfat juga dapat
dilarutkan dalam larutan panas 3-5 persen dari dinatrium etilenadiamina
tetraasetat (Na2EDTA) jika ada serta ammonia.
5.
Larutan
kalsium sulfat jenuh: endapan segera dari barium sulfat putih. Fenomena yang
serupa terjadi jika dipakai reagensia strontium sulfat jenuh. Penjelasan atas
reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut: dari ketiga alkali tanah sulfat,
barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan kalsium atau
strontium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan
pengendapan dengan barium yang berjumlah agak banyak, karena hasilkali
konsentrasi-konsentrasi ion melampaui nilai hasilkali kelarutannya:
SO2-4 + Ba2+ BaSO4
6.
Larutan
kalsium kromat: endapan kuning barium kromat, yang praktis tidak larut dalam
air (3,2 mg l-1, Ks = 1,6 x 10-10):
Ba2+ + CrO2-4 BaCrO4
Endapan tidak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari
strontium dan kalsium), tetapi dapat larut dengan mudah dalam asam mineral
Penambahan asam kepada larutan kalsium kromat menyebabkan
warna kuning dari larutan berubah menjadi jingga-kemerahan, disebabkan
terbentuknya dikromat:
2CrO2-4 + 2H+ Cr2O2-7
+ H2O
Dengan penambahan basa (misalkan ion-ion OH-)
kepada larutan dikromat reaksi akan berlangsung dari kanan ke kiri karena ion
hydrogen hilang diikat oleh ion OH-, maka kromat akan terbentuk.
Jika ada ion hydrogen dengan konsentrasi yang besar, konsentrasi ion-kromat
akan berkurang sampai nilai sedemikian, sehingga hasilkali kelarutan BaCrO4
tidak akan tercapai. Maka untuk mengendapkan ion-ion Ba2+ sebagai
BaCrO4, asam-asam kuat harus dihilangkan atau dinetralkan.
Penambahan natrium asetat bertindak sebagai buffer dengan mengurangi
konsentrasi ion-hidrogen dan terhadilah pengendapan BaCrO4 yang
sempurna.
Hasilkali kelarutan SrCrO4
dan CaCrO4 adalah jauh lebih besar dari pada untuk BaCrO4,
maka diperlukan konsentrasi ion CrO2-4 yang lebih besar
untuk mengendapkannya. Penambahan asam asetat kepada larutan K2CrO4
menurunkn konsentrasi ion CrO2-4 cukup banyak hingga
mencegah pengendapan SrCrO4 dan CaCrO4, tetapi
konsentrasi ion CrO2-4 ini dijaga cukup tinggi untuk
mengendapkan BaCrO4.
7.
Reagensia
natrium rodizonat
CO CO
C. ONa
CO CO
C. ONa
Endapan coklat kemerahan, yaitu garam barium dari asam
rodizonat dalam larutan netral. Garam-garam kalsium dan magnesium tidak
mengganggu garam strontium bereaksi seperti garam barium, tetapi hanya endapan
yang ditimbulkan oleh strontium larut dengan sempurna dalam asam klorida encer.
Unsure-unsur lain, misalnya yang dapat diendapkan oleh hydrogen sulfida dan
oleh ammonium sulfida, tidak boleh ada. Reagensia harus dibatasi hanya untuk
menguji unsure-unsur Golongan IV saja.
Taruh setetes larutan uji yang netral atau sedikit asam di
atas kertas reaksi-tetes dan tambahkan setetes reagensia. Diperoleh noda coklat
atau coklat-kemerahan. Kepekaan: 0,25 µg Ba. Batas konsentrasi: 1 dalam
200.000.
Reagensia terdiri dari larutan air natrium rodizonat 0,5
persen. Larutan ini tidak begitu tahan lama, jadi hendaknya dibuat
sedikit-sedikit saja setiap kalinya. Dengan adanya strontium, noda
coklat-kemerahan dari barium rodizonat itu harus diolah dengan asam klorida
0,5M; strontium rodizonat akan larut sedangkan turunan barium diubah menjadi
garam asam yang merah cemerlang. Reaksi ini paling baik dijalankan di atas
kertas reaksi-uji seperti di atas. Bubuhi noda coklat-kemerahan itu dengan setetes
asam klorida 0,5M, pada mana noda merah-terang akan terbentuk jika ada barium.
Jika barium tidak ada, noda akan hilang. Kepekaan:0,5 µg Ba, dengan adanya Sr
sebanyak 50 kali jumlah terbatas. Batas konsentrasi: 1 dalam 90.000.
8.
Etanol
bebas air dan eter: campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini tidak melarutkan
barium nitrat anhidrat atau barium klorida (perbedaan dan strontium dan
kalsium). Garam-garam ini harus dipanaskan sampai 1800C sebelum
penguji, untuk menghilangkan semua air Kristal. Uji ini bisa dipakai untuk
memisahkan barium dari strontium dan atau kalsium.
9.
Uji
kering (pewarnaan nyala). Garam-garam barium, bila dipanaskan dalam nyala
Bunsen yang tidak cemerlang (yang kebiru-biruan). Memberi warna
hijau-kekuningan kepada nyala. Karena kebanyakan garam barium, kecuali
kloridanya, tidak mudah menguap, kawat platinum harus dibasahi asam klorida
pekat sebelum dicelup ke dalam zat itu. Sulfat mula-mula direduksi menjadi
sulfide dalam nyala reduksi, lalu dibasahi asam klorida pekat, dan dimasukkan
kembali kedalam nyala.
2.
STRONTIUM, Sr (Ar:
87,62)
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan
liat. Strontium melebur pada 7710C. sifat-sifatnya serupa dengan
sifat-sifat barium.
Reaksi-reaksi ion strontium untuk mempelajari reaksi-reaksi
ini, dapat dipakai larutan 0,25M strontium klorida SrCL2,6H2O
atau strontium nitrat Sr(NO3)2.
1.
Larutan
ammonia: tidak ada endapan.
2.
Larutan
ammonium karbonat: endapan putih strontium karbonat:
Sr2+ + CO2-3 SrCO3
Strontium karbonat agak kurang larut dibandingkan barium
karbonat; lain dari pada ini, cirri-ciri khasnya (kelarutan yang sedikit dalam
garam-garam ammonium, terurai oleh asam), adalah serupa dengan cirri-ciri khas
barium karbonat.
3.
Asan
sulfat encer: endapan putih strontium sulfat:
Sr2+ + SO2-4 SrCO4
Kelarutan endapan tidak dapat diabaikan (0,097 g l-1,
Ks = 2,8 x 10-7). Endapan tidak larut dalam larutan
ammonium sulfat bahkan dengan
mendidihkan sekalipun (perbedaan dari kalsium), dan larut sedikit dalam asam
klorida mendidih. Ia hampir sempurna diubah menjadi karbonat yang bersangkutan,
dengan mendidihkan dengan larutan natrium karbonat pekat:
SrSO4 +CO2-3 SrCO3 + SO2-4
Strontium karbonat kurang larut dibandingkan strontium
sulfat (kelarutan: 5,9 mg SrCO3 L-1, Ks = 1,6
x 10-9 pada suhu ruang). Setelah menyaring larutan, endapan dapat
dilarutkan dalam asam klorida, jadi ion-ion strontium dapat dipindahkan ke
dalam larutan itu.
4.
Larutan
kalsium sulfat jenuh: endapan putih strontium sulfat, terbentuk dengan
lambat-lambat dalam keadaan dingin, tetapi lebih cepat dengan mendidihkan
(perbedaan dari barium).
5.
Larutan
ammonium oksalat: endapan putih strontium oksalat:
Sr2+ + (COOH)2-2 Sr(COO)2
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam air (o,039 g l-1,
KS = 5 X 10-8). Asam asetat tidak menyerangnya; namun
asam-asam mineral melarutkan endapan.
6.
Larutan
kalsium kromat: endapan kuning strontium kromat:
Sr2+ + CrO2-4 SrCrO4
Endapan larutan agak banyak dalam air (1,2 g l-1,
Ks = 3,5 x 10-5), maka tidak terjadi endapan dalam
larutan strontium yang encer. Endapan larut dalam asam asetat (perbedaan dari
barium) dan dalam asam-asam mineral, oleh sebab-sebab yang sama, seperti yang
diuraikan pada barium.
7.
Reagensia
natrium rodizonat: endapan coklat-kemerahan strontium rodizonat dalam netral.
Uji ini dipakai untuk unsur-unsur dalam Golongan IV. Barium bereaksi serupa,
dan suatu metode untuk mendeteksi barium dengan adanya strontium. Untuk mendeteksi
strontium dengan adanya barium, yang terakhir ini diubah menjadi barium kromat
yang tidak dapat larut. Barium kromat tidak bereaksi dengan natrium rodizonat,
tetapi strontium kromat yang lebih larut, biasanya bereaksi. Jika barium tidak
ada, taruh setetes larutan uji yang netral di atas kertas reaksi-reaksi atau di
atas lempengan bercak, dan tambahkan setetes reagensia. Diperoleh perwarnaan
atau endapan merah-kecoklatan.
Kepekaan: 4µg Sr jika ada Ba sebanyak 80 kali jumlah itu.
Batas konsentrasi: 1 dalam 13.000.
8.
Etanol
bebas air dan eter: campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini, tidak melarutkan
strontium nitrat anhidrat, tetapi melarutkan strontium klorida anhidrat. Uji
ini dapat dipakai untuk pemisahan kalsium, strontium, dan barium. Uji ini dapat
dilakukan sebagai berikut: endapan strontium sebagai karbonat. Saring endapan,
larutkan satu bagian darinya dalam asam klorida dan satu bagian lain dalam asam
nitrat. Uapkan kedua larutan di atas kaca arloji sendiri-sendiri sampai kering,
panaskan residu sampai 1800C selama 30 menit, dan coba larutkan
residu dalam beberapa ml pelarut.
9.
Uji
kering (pewarnaan nyala). Senyawa-senyawa strontium yang mudah menguap,
terutama kloridanya, member warna merah-karmin yang khas pada nyala Bunsen yang
tidak cemerlang (lihat keterangan-keterangan pada Barium)
3.
KALSIUM, Ca (Ar:
40,08)
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia
melebur pada 8450C. ia terserang oleh oksigen atmosfer dan udara
kembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan atau kalsium hidroksida.
Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan hydrogen.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+,
dalam larutan-larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan
membentuk larutan yang tidak berwarna, kecuali bila anionnya sebagai zat
pengering. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol
atau dalam campuran 1+1 dari etanol bebas-air dan dietil eter. Reaksi-reaksi
ion kalsium: untuk mempelajari reaksi-reaksi ini dapat dipakai larutan kalsium
klorida, CaCL2.6H2O, 0,5M.
Larutan ammonia: tidak ada endapan, karena kalsium
hidroksida larut cukup banyak. Dengan zat pengendap yang telah lama dibuat,
mungkin timbul kekeruhan karena terbentuknya kalsium karbonat.
1.
Larutan
ammonium karbonat: endapan amorf putih kalsium karbonat:
Ca2+ + CO2-3 CaCO3
Dengan mendidihkan, endapan menjadi berbentuk Kristal. Endapan
larut dalam air yang mengandung asam karbonat berlebihan (misalnya, air soda
yang baru dibuat), karena penbentukan kalsium hydrogen karbonat yang larut :
CaCO3 +H2O
+ CO2 Ca2+ +
2HCO-3
Dengan mendidihkan, endapan muncul lagi, karena karbon dioksida
keluar selama prose situ sehingga reaksi berlangsung kea rah kiri. Ion-ion
barium dan strontium bereaksi serupa.
Endapan larut dalam asam, bahkan dalam asam asetat:
CaCO3 +
2H+ Cac2+ + H2O
+ CO2
CaCO3 +
2CH3COOH Ca2+
+ CO2 + 2CH3COO-
Kalsium karbonat larut sedikit dalam larutan garam-garam
ammonium dari asam kuat.
2.
Asam
sulfat encer: endapan putih kalsium sulfat:
Ca2+ + SO2-4 CaSO4
CaSO4 larut cukup berarti dalam air (0,61 g Ca2+;
2,06 g CaSO4 atau 2,61 g Caso4.2H2O l-1;
Ks = 2,3 x 10-4); yaitu larut lebih banyak dari pada
barium atau strontium sulfat. Dengan adanya etanol, kelarutannya menjadi jauh
lebih sedikit.
Endapan melarut dalam asam sulfat pekat, panas:
CaSO4 +
H2SO4 2H+
+ [Ca(SO4)2]2-
Kompleks yang sama akan terbentuk jika endapan dipanaskan
dengan larutan ammonium sulfat 10 persen:
CaSO4 + SO2-4 [Ca(SO4)2]2-
Meskipun pelarutan dalam ammonium sulfat mungkin tidak
sempurna, ion-ion kalsium dapat dideteksi dalam filtrate dengan oksalat, setelah
dinetralkan dengan ammonia.
Kalsium sulfat jenuh: tidak terbentuk endapan (perbedaan
dari strontium dan barium).
3.
Larutan ammonium oksalat: endapan putih kalsium oksalat,
segera dari larutan-larutan pekat dan lambat dari larutan-larutan encer:
Ca2+ +
(COO)2-2
Ca(COO)2
Pengendapan dipermudah dengan menjadikan larutan bersifat
basa dengan ammonia. Endapan praktis tidak larut dalam air (6,53 mg Ca(COO)2
L-1;Ks = 2,6 x 10-9), tidak larut dalam asam
asetat, tetapi larut dengan mudah dalam asam-asam mineral.
4.
Larutan
kalsium kromat: tidak terjadi endapan dari larutan-larutan encer, tidak pula
dari larutan-larutan pekat dengan adanya asam asetat.
5.
Larutan
kalium heksasianoferat (II): endapan putih garam campuran:
Ca2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4-
K2Ca[Fe(CN)6]
Dengan adanya ammonium klorida, uji ini akan lebih peka.
Dalam hal ini, kalsium digantikan oleh ion-ion ammonium dalam endapan. Uji ini
dapat dipakai untuk membedakan kalsium dari strontium; tetapi ion barium dan
magnesium mengganggu.
6.
Reagensia
natrium dihidroksitartrat osazon
C6H5.NH N=C
OONa
C6H5.NH N=C
OONa
Endapan kuning garam kalsium yang sangat-sedikit larut.
Semua logam-logam lain, kecuali garam alkali dan ammonium, tidak boleh ada.
Magnesium tidak mengganggu, asalkan konsentrasinya tidak melampaui 10 kali
konsentrasi kalsium itu. Taruh setetes larutan uji yang netral di lempeng
bercak hitam atau di atas kaca arloji hitam, dan tambahkan sekeping kecil
reagensia padat. Jika kalsium tidak ada, reagensia larut dengan sempurna.
Adanya kalsium terungkap dengan terbentuknya selaput putih di atas permukaan
cairan, yang akhirnya memisah sebagai endapan yang padat.
Kepekaan: 0,01 µg Ca. batas konsentrasi: 1 dalam 5.000.000.
reagensia ini berguna antara lain untuk membedakan dengan cepat, air ledeng
dari air suling: hasil positif diperoleh dengan campuran 1 bagian air ledeng
dan 30 bagian air suling.
7.
Reagensia
asam pikrolonat (atau 1-p-nitrofenil-3-metil-4-nitro-5-pirazolon)
O2N.CH
C.CH3
CO N
N
NO2
Kristal-kristal empat persegi panjang yang khas dari kalsium
pikrolonat
Ca(C10H7O5N4)2.8H2O
Dalam larutan netral atau asam
asetat. Strontium dan barium juga member endapan tetapi dengan bentuk Kristal
yang berbeda. Banyak sekali unsure, termasuk tembaga, timbel, torium, besi,
aluminium, kobalt, nikel, dan barium yang mengganggu. Taruh setetes larutan uji
(entah netral atau diasamkan dengan asam asetat) dalam lubang dari suatu
lempeng bercak yang hangat, dan tambahkan 1 tetes larutan asam pikrolonat
jenuh. Dihasilkan Kristal-kristal empat persegi panjang yang khas.
Kepekaan: 100 µg (dalam 5 ml).
batas konsentrasi: 1 dalam 50.000. kepekaan adalah 0,01 µg (dalam 0,01 ml) di
bawah mikroskop.
8.
Uji
(mikroskop) kalsium sulfat dihidrat. Ini adalah suatu uji pemastian yang baik
sekali terhadap kalsium dalam Golongan IV; uji ini memakai sebuah mikroskop
(pembesaran kira-kira 110 x). garam-garam sebaiknya terdapat sebagai nitrat.
Uapkan beberapa tetes larutan uji di atas kaca arloji sampai kering pada
penangas air, larutkan residu dalam beberapa tetes air, pindahkan ke atas
lempengan mikroskop, dan tambahkan setetes kecil sekali asam sulfat encer.
(mungkin perlu untuk memanaskan lempeng perlahan-lahan di atas penangas air
sampai tepat mulai terjadi kristalisasi pada pinggirannya). Ketika diamati
melalui mikroskop Nampak kristal seperti kumpulan jarum atau prisma yang
memanjang dengan adanya kalsium. Batas konsentrasi: 1 dalam 6.000.
9.
Etanol
bebas air, atau campuran 1+1 dari etanol bebas air dan dietil eter, melarutkan
baik kalsium klorida maupun kalsium nitrat.
10. Uji kering (pewarnaan nyala).
Senyawa-senyawa kalsium yang mudah menguap, member warna merah-kekuningan
kepada nyala Bunsen.
Ø PROSEDUR
Identifikasi kation golongan IV:
Ca2+, Ba2+, Sr2+
Sampel: CaCL2, BaCL2,
SrCL2
a.
Prosedur
1
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung
reaksi 2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan (NH4)2CO3 dan amati
perubahan yang terjadi.
b.
Prosedur
2
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung
reaksi 2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan (NH4)2C2O4
dan amati perubahan yang terjadi.
c.
Prosedur
3
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung
reaksi 2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan H2SO4 encer dan amati perubahan
yang terjadi.
Ø Tambahkan kembali larutan H2SO4
encer secara berlebih dan amati perubahan yang terjadi.
d.
Prosedur
4
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung
reaksi 2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan KHSO4 dan amati perubahan yang terjadi.
e.
Prosedur
5
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung reaksi
2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 dan amati perubahan yang
terjadi.
f.
Prosedur
6
Ø Sediakan 3 buah tabung reaksi
Ø Masukkan 10 tetes larutan CaCL2
ke dalam tabung reaksi 1, 10 tetes larutan BaCL2 ke dalam tabung
reaksi 2, dan larutan SrCL2 ke dalam tabung reaksi 3.
Ø Ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 5 tetes larutan K4[Fe(CN)6] dan amati perubahan
yang terjadi.
Ø PENGAMATAN
Identifikasi
kation golongan IV : Ca2+, Ba2+, Sr2+
Sampel :
CaCl2, BaCl2, SrCl2
Prosedur
1
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
(NH4)2CO3
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
2
|
BaCl2
|
(NH4)2CO3
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
3
|
SrCl2
|
(NH4)2CO3
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
Prosedur
2
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
(NH4)2C2O4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
2
|
BaCl2
|
(NH4)2C2O4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
3
|
SrCl2
|
(NH4)2C2O4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
Prosedur
3
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
H2SO4
|
Tidak
mengalami perubahan
|
|
|
H2SO4
berlebih
|
Tidak
mengalami perubahan
|
2
|
BaCl2
|
H2SO4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
|
|
H2SO4
berlebih
|
Tidak
mengalami perubahan
|
3
|
SrCl2
|
H2SO4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
|
|
H2SO4
berlebih
|
Tidak
mengalami perubahan
|
Prosedur
4
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
KHSO4
|
Tidak
mengalami perubahan
|
2
|
BaCl2
|
KHSO4
|
Menghasilkan
endapan berwarna putih
|
3
|
SrCl2
|
KHSO4
|
Tidak
mengalami perubahan
|
Prosedur
5
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
K2CrO4
|
Menghasilkan
larutan berwarna kuning
|
2
|
BaCl2
|
K2CrO4
|
Menghasilkan
endapan berwana kuning
|
3
|
SrCl2
|
K2CrO4
|
Menghasilkan
larutan berwarna kuning
|
Prosedur
6
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
CaCl2
|
K4[Fe(CN)6]
|
Larutan
menjadi kuning
|
2
|
BaCl2
|
K4[Fe(CN)6]
|
Larutan
menjadi kuning
|
3
|
SrCl2
|
K4[Fe(CN)6]
|
Larutan
menjadi kuning
|
Ø
PEMBAHASAN
Ba2-
1. Ba2- + k2 CrO4 →
BaCrO4 ↓ kuning
2. Ba2- + Na2CO3 →
BaCO3 ↓ putih
Uji nyala
Ba → kuning kehijaun
Ca2+
1. Ca2+ + K2CrO4 →
CaCrO4 Lart. Kuning +2K+
2. Ca2+ + Na2 CO3 →
CaCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Ca → merah kekuningan.
Sr2+
1. Sr2+ + K2CrO4 →
SrCrO4 Lart. Kuning + 2K
2. Sr2+ + Na2CO3 →
SrCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Sr → merah karmin
BAB V
GOLONGAN
KATION KELIMA : MAGNESIUM, AMONIA.
GoLongan
kation ke lima : MAGNESIUM DAN NATRIUM
Reagensia golongan : tak ada
regensia umum untuk kation-kation golongan ini.
Reaksi golongan : kation-kation
golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium
sulfide atau (jika ada serta garam-garam ammonium ) dengan ammonium karbonat.
Reaksi-reaksi khusus atau ui-uji nyala dapat dipakai untuk mengidentifikasi
ion-ion ini.
Dari
kation-kation golongan ini, magnesium memperlihatkan reaksi-reaksi yang serupa
dengan reaksi-reaksi dari ation-kation dalam golongan ke empat. Namun,
magnesium karbonat dengan adanya garamamonium, larut maka dalam pengerjaan
analisis sistematis ( pada mana garam-garam ammonium bertambah jumlahnya dengan
banyak sekali dalam larutan ), magnesium tak akan mengendap bersama kation
golongan ke empat.
1.MAGNESIUM
(Mg2+)
Magnesium
adalah logam putih, dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 650⁰C. Logam ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen
dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksigen MgO dan
beberapa nitrida Mg3N2. Logam ini perlahan lahan terurai
oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan
cepat :
Mg + 2H2O → Mg(OH)2 ↓ + H2 ↑
Magnesium
hidroksida, jika tak ada garam amoniu, praktis tak larut. Magnesium larut
dengan mudah dalam asam :
Mg + 2H+ → Mg2+ + H2
↑
Magnesium
membentuk kation bivalen Mg2+. Oksida, hidroksida, karbonat, dan
fosfatnya tak larut ; garam-garam lainnya larut. Rasanya pahit. Beberapa dari
garam-garam ini adalah higroskopis.
Reaksi-reaksi
ion magnesium untuk mempelajari reaksi-reaksi ini dapat di pakai larutan 0,5M
Dari magnesium klorida, MgSO4.7H2O.
1. Larutan ammonia : pengendapan persial magnesium hidroksida yang putih
dan seperti gelatin :
Mg2+ + 2NH3 + 2H2O →
Mg(OH)2 ↓ + 2NH+4
Endapan larut sangat sedikit sekali dengan air (12
mg), tetapi mudah larut dalam garam-garam ammonium.
Selagi
reaksi berjalan, konsentrasi ion ammonium, yang disebabkan oleh disosiasi
garam-garam ammonium yang terionisasi sempurna, bertambah, dan akibatnya,
konsentrasi ion-ion hidroksil berkurang karena efek ion sekutu. Konsentrasi ion
–hidroksil yang kecil, yang sudah memang rendah, masih makin berkurang lagi,
sehingga banyak dari garam magnesium itu tetap berada dalam larutan. Dengan
adanya konsentrasi garam ammonium, konsentrasi ion –hidroksil akan berkurang
sampai sedemikian sehingga hasil kali kelarutan Mg(OH)2 tak
terlampaui ; maka magnesium tak diendapkan oleh larutan ammonia dengan adanya
ammonium klorida atau garam ammonium lainnya.
2. Larutan natrium hidroksida : endapan putih magnesium hidroksida, yang
tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam garam-garam
ammonium :
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2
↓
3. Larutan ammonium karbonat : jika tak ada serta garam-garam ammonium, terjadi
endapan putih magnesium karbonat basa :
5Mg2+ + 6CO2-3 + 7H2O → 4MgCO3.Mg(OH)2.5H2O
↓ + 2HCO-3
Dengan adanya garam-garam ammonium, tak terjadi pengendapan, karena
kesetimbangan.
NH+4 + CO2-3 →←
NH3 + HCO-3
bergeser kearah pembentukan ion hidrogen karbonat.
Karena hasil kali kelarutan endapan tinggi (Ks MgCO3
murni adalah 1 X 10-5), konsentrasi ion karbonat yang perlu untuk
menghasikan endapan, tak tercapai.
4. Larutan natrium karbonat : endapan putih, bervolume besar, yaitu
karbonat basa (lihat reaksi 3), yang tak larut dalam larutan basa, tetapi mudah
larut dalam asam dan larutan garam ammonium.
5. Larutan dinatrium hidrogen fosfat : endapan kristalan putih magnesium
ammonium fosfat Mg(NH4)PO4.6H2O jika ada serta
ammonium klorida (untuk mencegah pengendapan magnesium hidroksida) dan larutan
ammonia.
Mg2+ + NH3 + HPO2-4
→ Mg(NH4)PO4 ↓
Endapan larut sangat sedikit dalam air, larut dalam
asam asetat dan dalam asam-asam mineral. Kelarutan yang normal dari Mg(NH4)PO4.6H2O
bertambah karena garam ini terhidrolosis dalam air.
Mg(NH4)PO4 + H2O →←
Mg2+ + HPO2-4 + NH3 ↑ + P-2O
Kecenderungan ini akan berkurang oleh adanya ammonia
dalam jumlah yang sedang (didapatkan, bahwa senyawa ini sangat sedikit sekali
larut dalam larutan ammonia 2,5 persen). Endapan memisah dengan lambat dari
larutan yang encer, karena kecenderungannya untuk membentuk larutan lewat jenuh
; ini biasanya bisa diatasi dengan mendinginkan dan dengan menggosok-gosok
tabung uji atau gelas piala (beaker)dibawah permukaan cairan dengan sebatang
kaca.
Gumpalan
(seperti kapas) putih magnesium hidrogen fosfat, MgHPO4, dihasilkan
dalam larutan yang netral.
Mg2+ + HPO2-4 → MgHPO4
↓
Reagensia difenilkarbazida (C6H5.NH.NH.CO.NH.NH.C6H5)
larutan garam magnesium itu, diolah dengan larutan natrium hidroksida – akan
terbentuk endapan magnesium hidroksida – lalu dengan beberapa tetes reagensia
difenilkarbazida dan larutan disaring. Setelah endapan dicuci dengan air panas,
akan terlihat bahwa ia telah memperoleh warna lembayung merah karena
pembentukan suatu garam kompleks atau suatu kompleks adsorpsi. Logam golongan
II dan III menggangu, maka tak boleh ada. Reagensia dibuast dengan melarutkan 0,2 g
difenikarbizidadalam 10 ml asam asetat glasial dan mengencerkannya menjadi 100
ml dengan etanol.
7.
Reagensia 8-hidroksikuinolina atau ‘oksina’
OH N
Bila
larutan suatu garam magnesium yang mengandung sedikit amonium klorida, diolah
dengan 1-2 ml reagensia yang telah dijadikan sangat amonikal dengan menambahkan
3-4 ml larutan amonia encer, dan campuran dipanaskan sampai titik didih, kita
memperoleh endapan kuning garam kompleks Mg(C 9H6NO)2,
4H2O. Semua logam-logam lain, kecuali natrium dan kalium, tak
boleh ada.
Reagensi
dibuat dengan melarutkan 2 g oksina dalam 100 ml asam asetat 2M.
8.
Reagensi p-nitrobenzena-azo-resorsinol (atau magneson I)
O2N
N = N OH
OH
Uji ini
bergantung pada adsorpsi reagensia, yang merupaklan suatu zat pewarna, di atas
Mg(OH)2 dalam larutan basa
pada mana dihasilkan bahan pewarna biru. Dua ml larutan uji, yang sedikit di
asamkan dengan asam klorida, diolah dengan 1 tetes reagensi dan larutan natrium
hidroklorida 2M yang cukup untuk membuat larutan menjadi basa kuat (misalnya
2-3 ml).
Endapan
biru muncul. Ini adalah suatu uji pemastian yang sangat baik dalam analisis
makro, tetapi penting sekali untuk melakukan uji blanko dengan reagensia –reagensia,
yang sering menghasilkan pewarnaan biru. Untuk alasan ini, endapan birulah yang
harus kita cari. Semua logam, kecuali logam-logam alkali, tidak boleh ada.
Garam amonium mengurangi kepekaan uji ini dengan mencegah pengendapan Mg(OH)2
, dan karenanya harus dihilangkan.
Reagensia
(untuk analisis makro) terdiri dari larutan 0,5 persen dari p-nitro-benzena-azo-resorsional dalam
natrium hidroksida 0,2M.
Teknik
uji bercaknya adalah seperti berikut. Taruh setetes larutan uji di atas lempeng
bercak dan tambahkan 1-2 tetes reagensia. Penting sekali bahwa larutan bersifat
basa kuat, penambahan 1 tetes natrium hidroksida 2M dapat dianjurkan.
Tergantung dari konsentrasi magnesium, akan terbentuk suau endapan biru. Uji
perbandingan terhadap air suling harus dilakukan.
O2N N
= N
OH
Ia
menghasilkan perubahan-perubahan warna yang serupa seperti magneson I, tetapi
kelebihannya adalah bahwa ia lebih peka (kepekaan:0,2 µg Mg; batas konsentrasi:
1 dalam 250.000) dan daya mewarnainya kurang, sehingga uji blanko tidak
berwarna begitu tua. Cara menggunakannya dan pembuatannya adalah identik dengan
yang diuraikan di atas untuk magneson I.
9.
Reagensia kuning titan: kuning titan (juga dikenal sebagai kuning clayton)
adalah zat pewarna kuning yang larut dalam air. Ia diadsorbsi ole magnesium
hidroksida, menghasilkan warna atau endapan merah tua. Semua unsur dari
Golongan I sampai III harus dihilangkan sebelum menguji.
Taruh setetes larutan uji diatas lempeng
bercak, bubuhkan setetes reagensia dan setetes natrium hidoksida 2M. Dihasilkan
warna atau endapan merah.
Suatu teknik lain sebagai penggantinya,
adalah dengan mengolah 0,5 ml larutan uji yang netral atau sedikit asam dengan
0,2 ml larutan natrium hidroksida 2 ml. Dihasilkan endapan atau pewarna merah.
Kepekaan: 1,5 µg Mg. Batas
konsentrasi: 1 dalam 33.000
Reagensia
terdiri dari larutan air kuning titan 0,1 persen.
10.Reagensia
kuinalizarin: endapan biru atau pewarnaan biru seperti bunga-jagung dengan garam-garam
magnesium. Pewarnaan dapat dibedakan dengan mudah dari warna lembayung-biru
reagensia. Setelah ditambahkan sedikit air brom, warna hilang (perbedaan dari
berelium. Logam-logam alkali tanah dan aliminium tidak mengganggu pada
kondisi-kondisi ujii ini, tetapi semua unsur dari Golongan I sampai III harus
dihilangkan. Fosfat dan garam-garam amonium dalam jumlah yang banyak,
mengurangi kepekaan reaksi.
Taruh setetes larutan ijo dan setetes air suling dalam
lubang-lubang yang berdampingan dari suatu lempeng bercak dan tambahkan 2 tetes
reagensia kepada masing-masing. Jika larutan itu asam, ia akan diwarnai merah
kekuningan oleh reagensia. Tambahkan natrium hidroklorida 2M sampai warna
berubah jadi lembayung dan lebih lanjut untuk menambah volume dengan 25 sampai
50 persen. Muncul endapan atau pewarnaan biru. Uji blanko berwarna
lembayung-biru.
Kepekaan: 0,25 µg Mg. Batas
konsentrasi: 1 dalam 200.000
Reagensia dibuat dengan melarutkan 0.01-0.02
g kuinalizarin dalam 100 ml alkohol. Sebagai pilihan lain, larutan 0,05 persen
natrium hidroksida 0,1M dapat dipakai.
11. Uji
kering (uji pipa-tiup) senyawa-senyawa magnesium bila dipijarkan diatas arang
dengan adanya natrium karbonat diubah menjadi magnesium oksida putih, yang
berkilau terang ketika panas. Setelah dibasahi dengan satu dua tetes larutan
kobalt nitrat, dan dipanaskan lagi sampai panas sekali, kita memperoleh massa
yang berwarna merah-jambu muda
2. AMONIUM (NH42+)
Ion-ion amonium diturunkan dari
amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa dengan
ciri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elekrolisis memakai katode dari
merkurium dapat dibuat amonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa
dengan amalgam dari natrium atau kalium.
Garam-garam amonium umumnya adalah
senyawa-senyawa yang larut dalam air, dengan membentuk larutan yang tak
berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, semua garam
amonium terurai menjadi amonium dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak
mudah menguap, garam kalium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran
kering dengan memanaskan.
Reaksi-reaksi ion amonium umumnya serupa
dengan reaksi-reaksi kalium, karena ukuran kedua ion itu hampir identik.
Reaksi-reaksi ion
amonium
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dapat dipakai larutan amonium klorida NH4Cl,
M.
1.
Larutan hidroksida: gas amonia dilepaskan ketika dipanaskan.
NH4+
+ OH- → NH3 ↑ + H2O
Ini
dapat diidentifikasikan (a) dari
baunya (dengan hati-hati ciumlah uap setelah mengangkat tabung-uji atau gelas
piala kecil dari api); (b) dari
terbentuknya uap putih amonium klorida bila sebuah batang kaca yang dibasahi
asam klorida pekat dipegangi dalam uapnya; (c) dari fakta bahwa gas ini menyebabkan kertas
lakmus merah berubah menjadi biru atau kertas kunyit menjadi coklat; (d) dari kemampuannya untuk mengubah
kertas saring yang dibasahi larutan merkurium(I) nitrat menjadi hitam (ini adalah
uji yang sangat terpecaya*); dan (e)
kertas saring yang dibasahi larutan mangan (II) klorida dan hidrogen peroksida
memberi warna coklat, karena oksidasi terhadap mangan oleh larutan basa yang
terbentuk itu.
Dalam
uji 1 (d), terbentuk campuran merkurium
(II) amidonitrat (endapan putih) dan merkurium (endapan hitam):
2HN3
+ Hg22+ + NO3- → Hg(NH2)NO3
↓ Hg ↓ + NH4+
Dalam
uji 1(e) terbentuk mangan (IV) oksida
berhidrat:
2HN3
+ Mn2+ + H2O2 +H2O → MnO(OH)2 ↓ + 2NH4+
2. Reagensia Nessier (larutan basa dari
kalium tetraiodomerkurat (II));
endapan coklat atau pewarnaan coklat atau kuning dihasilkan sesuai dengan
jumlah amonia atau ion amonium yang terdapat. Endapan adalah merkurium(II)
amidoiodida basa:
NH4+
+2[HgI4]2- + 4OH- → HgO.Hg(NH2)I
↓ +7I- +3H2O
Rumus
endapan coklat yang ditulis sebagai 3HgO.Hg(NH3)2I2
(Britton dan Wilson, 1933)
dan
sebagai NH2.Hg2I3 (Nichols dan Willits, 1934).
Uji ini luar biasa peka, dan akan
mendeteksi runutan amonia yang terdapat dalam air minum. Semua logam, kecuali
natrium atau kalium, tak boleh ada.
Reagensia dibuat dengan melarutkan 10 g
kalium iodida dalam 10 ml air bebas amonia, lalu tambahkan larutan
merkurium(II) klorida jenuh (60 g -1) sedikit demi sedikit, sambil
dikocok, sampai terbentuk endapan yang sedikit dan tetap, lalu tambahkan 80 ml
larutan kalium hidroksida 9M dan encerkan sampai 200 ml. Diamkan semalaman, dan
dekantasi cairan yang jernih. Maka reagensi terdiri dari larutan kalium
tetraiodomerkurat(II), K2[HgI4] yang basa.
Reagensia Nesseler yang asli pernah
diuraikan sebagai larutan yang terdiri dari kalium tetraiodomerkurat(II), K2[HgI4]
kira-kira 0,09 M, dan kalium hidroksida 2,5 M.
Cara
lain untuk membuat reagensia ini adalah sebagai berikut. Larutan 23 g
merkurium(II) iodida dan 16 g kalium iodida dalam air yang bebas amonia dan
tambahkan volumenya sampai menjadi 100 ml; tambahkan lagi 100 ml natrium
hidroksida 6M. Diamkan selama 24 jam, dan dekantasi larutan dari setiap endapan
yang mungkin terbentuk. Larutan harus disimpan dalam tempat yang gelap.
Teknik
uji bercaknya adalah sebagai berikut. Campurkan setetes larutan uji dengan
setetes larutan natrium hidroksida pekat diatas kaca arloji.
Pindahkan
setetes mikro larutan atau susupensi yang dihasilkan ke atas kertas
reaksi-tetes dan tambahkan setetes reagensia nessler. Dihasilkann noda atau
cincin berwarna kuning atau merah jingga.
Kepekaan:
0.3 µg NH3 (dalam 0.002 ml).
Suatu
prosedur yang lebih baik adalah dengan memakai teknik yang diuraikan pada
reagensia mangan(II) nitrat-perak nitrat dalam reaksi 9 di bawah. Setelah
larutan Nessler ditaruh di atas tombol kaca dari alat itu. Setelah reaksi
selesai, tetsan reagensia itu disentuh dengan sepotong kertas reaksi-tetes atau
kertas saring kuantitatif pada mana akan tampak pewarnaan kuning.
Kepekaan:
0.25 µg NH3.
3. Natrium heksanitritokobaltat(III), (Na3[Co(NO2)6]:
endapan kuning amonium heksanitritokobaltat(III), (NH4)3[Co(NO2)6],
yang serupa dengan yang dihasilkan oleh ion kalium:
3NH4+
+ [Co(NO2)6]3- + (NH4)3[Co(NO2)6]
↓
4. Asam heksakloroplatinat(IV) (H2[PtCl6]:
endapan kuning amonium heksakloroplatinat(IV):
2NH4+
+ [PtCl6]2- → (NH4)2[PtCl6]
↓
Ciri-ciri
khas endapan adalah serupa dengan ciri-ciri garam kalium yang bersangkutan,
tetapi berbeda darinya dalam hal endapan ini terurai ketika dipanaskan dengan
larutan natrium hidroksida, dengan melepaskan gas amonia.
5. Larutan natrium hidrogen tartrat (NaH. C4H4O6)* jenuh:
endapan putih amonium tartrat asam NH4.H.C4H4O6,
yang serupa tetapi sedikit lebih larut dari pada garam kalium yang bersangkutan,
dari zat mana endapan itu dapat dibedakan karena dilepaskannya gas amonia,
sewaktu endapan dipanaskan dengan larutan natrium hidroksida.
NH4+
+ HC4H4O6- → NH4.HC4H4O6
↓
6. Larutan asam peklorat atau natrium peklorat:
tak ada pengendapan (perbedaan dari kalium).
7. Uji asam tanat-perak nitrat Dasar dari
uji ini adalah sifat mereduksi dari asam tant (suatu glukosida dari asam
digalat) atas kompleks perak amina [Ag(NH3)2]+
untuk menghasilkan perak hitam : karena itu asm tanat mengendapkan perak dengan
adanya amonia, tetapi tidak dari larutan perak nitrat yang sedikit asam.
Campurkan
2 tetes larutan asam tanat (tanin) 5 persen dengan 2 tetes larutan perak nitrat
20 persen, dan taruh campuran di atas kertas reaksi-tetes atau di atas sedikit
kapas. Pegang kertas dalam uap yang dihasilkan pada pemanasan suatu garam
amonium dengan larutan natrium hidroksida. Terbentuk noda hitam di atas kertas
atau di atas kapas itu. Uji ini adalah uji yang peka
8.
Reagensia p-nitrobenzena-diazonium klorida Reagensia(I) menghasilkan pewarnaan
merah (ditimbulkan oleh II ) dengan garam amonium, bila terdapat larutan
natrium hidroksida.
O2N N
= N – Cl + NH4+ + 2OH- →
→ O2N N = NONH4 + Cl-
+ H2O
Taruh setetes larutan uji yang netral atau sedikit asam di
atas lempeng bercak, diikuti oleh setetes reagensia dan sebutir (granul)
kalsium oksida di antara kedua tetes itu. Terbentuk suatu zona merah sekitar
kalsium oksida.
Uji
blanko harus dilakukan terhdap setetes air.
Kepekaan: 0,7 µg NH3. Batas konsentrasi: 1 dalam 75.000.
Reagensia
(kadang-kadang disebut larutan Reigler) dibuat sebagai berikut.
Larutkan
1 g p-nitroanilina dalam 25 ml asam
klorida 2M (mungkin perlu dipanaskan), dan encerkan dengan 160 ml air.
Dinginkan, tambahkan 20 ml larutan natrium nitrit 2-5 persen ambil dikocok
kuat-kuat. Terus kocok sampai semuanya melarut. Reagensia menjadi keruh setelah
disimpan, tetapi bisa dipakai lagi sesudah disaring.
9. Uji pembentukan-amonia ini adalah suatu
modifikasi dari reaksi 1, yang disesuaikan untuk analisis yang peka. Alat
diperlihatkan pada Gamb. II.55, dan terdiri dari sebuah tabung-uji kecil dengan
kapasitas 1 ml, yang dapat ditutupi dengan penutup kecil dari kaca-asahan yang
pada ujung bawahnya terdapat kait kaca kecil.
Taruh
setets larutan uji atau sedikit zat padat dalam tabung-uji mikro itu, dan
tambahkan setetes larutan natrium hidroksida 2M. Pasang sepotong kecil kertas
lakmus merah pada kait kaca, dan masukkan penutup keempatnya.
Panaskan
sampai 400C selama 5 menit. Kertas jadi berwarna biru.
Kepekaan: 0,01 µg NH3. Batas konsentrasi: 1 dalam 5.000.000.
Sianida
tak boleh ada, karena zat-zat ini menghasilkan amonia dengan alkali:
CN-
+ 2H2O → HCOO- + NH3 ↑
Tetapi,
jika ditambahkan sedikit merkurium(II) oksida, atau garam merkurium(II),
terbentuk merkurium(II) sianida, Hg(CN)2, yang stabil terhadap
alkali, sehingga efek dari sianida telah sebagian besar dihilangkan.
Cara
lain untuk melakukan uji ini adalah dengan memakai reagensia mangan(II)
nitrat-perak nitrat. Dengan mengolah larutan netral garam-garam mangan(II) dan
perak dengan amonia, terbentuk endapan hitam:
4NH3
+ Mn2+ + 2Ag+ + 3H2O → MnO(OH)2 ↓ +
2Ag + 4NH4+
Kepekaan dapat ditingkatkan dengan
mengolah endapan yang dihasilkan dengan suatu larutan benzidina dalam asam
asetat, pada mana mangan dioksida itu mengoksidasikan benzidina menjadi suatu
produk oksidasi yang berwarna biru (BAHAYA: REAGENSIA ADALAH KARSINOGEN (dapat minumbulkan
kanker)).
Gunakan alat yang diperlihatkan pada
Gamb. II.53 atau pada Gamb. II.54.
Taruh settes larutan uji dan setets
natrium hidroksida 2M dalam tabung-uji mikro: juga taruh setetes reagensia pada
tombol kaca dari penutup, dan tutuplah alat. Panaskan pada 40ºC selama 5 menit.
Cucu tetesan reagensia ini diatas sehelai kertas saring kuantitatif, pada mana
sebuah bintik hitam atau abu-abu akan membayang; ini akan berubah menjadi biru
ketika dibubuhi larutan benzidina (larutaan benzidina ini dibuat dengan
melarutkan 0,05 g benzidina atau hidrokloridanya dalam 10 ml asam netrat
glasial, mengencerkan sampai 100 ml dengan air, dan menyaring.)
Kepekaan: 0,005 µg NH3. Batas konsentrasi: 1 dalam 1.000.000
Reagensia
mangan (II) nitrat-perak nitrat dibuata demikian: lrutan 2,87 g mangan(II)
nitrat dalam 40 ml air, dan saring. Tambahkan larutan dari 3.55 g perak nitrat
dalam 40 ml air, dan encerkan campuran sampai menjadi 100 ml.
Netralkan
asam yang terbentuk karena hidrolisis, dengan menambahkan alkali encer setetes
demi setetes, sampai terbentuk endapan hitam, dan saring.
Simpan
reagensia dalam botol berwarna gelap.
10. Uji kering. Semua logam amonium menguap
atau terurai, bila dipanaskan sampai sesaat sebelum berpijar. Pada beberapa
kasus, dimana asamnya mudah menguap, uapnya akan bergabung kembali setelah
mendingin dengan membentuk sublimat garam itu, misalnya amonium klorida.
Ø
PROSEDUR
V. Identifikasi kation golongan V :
Mg2+ , NH4+
Sampel:
MgSO4 dan NH4Cl
Prosedur:
a)
prosedur 1 (identifikasi Mg2+)
-
Disiapkan
2 buah tabung reaksi.
-
Dimasukkan
10 tetes larutan MgSO4 ke dalam keduan tabung reaksi tersebut.
-
Ke
dalam masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH ke dalam tabung
reaksi 1 dan amati perubahan yang terjadi.
-
Ditambahkan
5 teetes larutan Na2HPO4 dan NH4OH ke dalam tabung reaksi 2 dan amati perubahan
yang terjadi.
b)
Prosedur
2 (identifikasi NH4+)
-
Disiapkan
1 buah tabung reaksi.
-
Dimasukkan
10 tetes larutan NH4Cl ke dalam tabung reaksi tersebut.
-
Ditambahkan
5 tetes larutan NaOH encer dan amati perubahan yang terjadi.
-
Dipanaskan
larutan dan amati baunya (bila dipanaskan membebaskan gas amoniak yang dapat
dikenal dari baunya).
Ø
PENGAMATAN
V.
Identifikasi
kation golongan V
PROSEDUR
1
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
MgSO4
|
1. NH4OH
dipanaskan
|
-
Tidak
mengalami perubahan
-
Lakmus
menjadi biru bersifat basa
|
2
|
MgSO4
|
NH4OH
dan Na2HPO4 dipanaskan
|
-
Tidak
mengalami perubahan
-
Menghasilkan
endapan putih dan lakmus menjadi biru bersifat basa
|
PROSEDUR
2
No
|
Kation
|
Pereaksi
|
Pengamatan
|
1
|
NH4Cl
|
NaOH dipanaskan
|
-
Tidak
mengalami perubahan
-
Bersifat
basa dan menghasilkan bau
|
Ø
.
PEMBAHASAN
Identifikasi kation golongan V:
a.
Prosedur 1:
1.
Larutan
MgSO4 setelah direaksikan dengan larutan NH4OH, tidak
terjadi perubahan. Setelah dipanaskan uap dari larutan tersebut mengubah lakmus
merah menjadi berwarna biru, dengan demikian larutan tersebut bersifat basa.
2.
Larutan
MgSO4 setelah direaksikan denagn larutan Na2HPO4,
tidak terjadi perubahan. Setelah dipanaskan, uap dari larutan tersebut mengubah
lakmus merah menjadi berwarna biru dan timbul endapan berwarna putih.
b.
Prosedur 2:
1.
Larutan
NH4Cl setelah direaksikan dengan larutan NaOH, tidak terjadi perubahan. Setelah dipanaskan uap dari
larutan tersebut mengubah lakmus merah menjadi biru, dengan demikian larutan
tersebut bersifat basa.
PENUTUP
Alhamdulilah laporan ini dapat
kami selesaikan walaupun banyak hambatan yang kami alami baik teknis maupun non
teknis. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada guru mata
pelajaran dan pembimbing praktikum kimia yang bersangkutan dengan laporan ini
yang telah membimbing kami dalam pembuatan laporan ini dan rekan-rekan yang
telah menyusun laporan ini. Maaf jika laporan ini banyak kekurangan karena kami
masih dalam tahap pembelajaran.
Terima kasih..
Bandung, 07 Mei 2012
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
- Vogel analisis anorganik kulitatif makro dan semimikro edisi kelima bagian I , direvisi oleh G.SVEHLA
- Shvehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Makro dan Semimikro I. PT. Kalman Media Pustaka: Jakarta.
- Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.